TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Singapura akan menggunakan kendaraan listrik sebagai angkutan umum pada 2020. Otoritas Angkutan Darat Singapura atau Land Transport Authority (LTA) menyatakan ada tiga perusahaan yang akan menjadi pemasok bus listrik dengan nilai kontrak Sin$ 50 juta (Rp 550,3 miliar).
Simak: PLN Sebut Butuh Waktu Lama Agar Listrik Palu dan Donggala Normal
Menurut pejabat LTA, akan ada 60 unit bus, 10 di antaranya bus bertingkat yang akan melayani para komuter. Bus tersebut mulai tiba dan diuji coba pada 2019. "Bus ini akan dilengkapi dengan sistem informasi untuk penumpang (passenger information display systems/PIDS), yang menyediakan informasi audio-visual mengenai rute-rute yang dilaluinya," demikian pernyataan LTA seperti dikutip Channel News Asia, Rabu 24 Oktober 2018.
Ketiga perusahaan pemasok itu adalah BYD, ST Engineering Land Systems, dan Yutong-NARI Consortium. BYD menerima kontrak senilai Sin$ 17 juta untuk pengadaan 20 bus listrik single-deck atau satu tingkat. ST Engineering meraih kontrak Sin$ 15 juta juga untuk 20 bus listrik single-deck. Sedangkan Yutong-NARI menyediakan 10 bus listrik bertingkat senilai Sin$ 18 juta.
LTA menyatakan telah mempertimbangkan berbagai aspek saat mengevaluasi penawaran para pemasok, seperti rekam jejak dan pengalamannya di industri bus listrik, kemampuan teknis, dan kepatuhan terhadap peraturan lokal. Menurut lembaga itu, tiga penawar yang menang telah mengajukan proposal berkualitas tinggi dan kompetitif. "Tender akhirnya diberikan kepada beberapa pemasok untuk menguji berbagai teknologi, termasuk pengisian daya," kata LTA.
Tahun lalu, parlemen Singapura dan LTA mengumumkan tender pengadaan 50 bus hibrida dan 60 bus listrik. Proyek ini menjadi bagian dari program menyediakan transportasi yang ramah lingkungan. Sebanyak 60 bus listrik hasil tender pertama diproyeksikan untuk membantu pihak berwenang memahami teknis pengoperasiannya, termasuk cara pemeliharaannya. Namun LTA belum mengumumkan wilayah pengoperasian bus tersebut.