TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Tentara Nasional Indonesia atau TNI resmi memperpanjang kerja sama pengamanan perdagangan dan perlindungan konsumen di perbatasan negara. Kerja sama ini diperpanjang seiring dengan masih maraknya aksi penyelundupan barang dari luar negeri ke Indonesia, seperti barang elektronik, hingga produk makanan minuman.
"Kepada siapa lagi kami bisa minta tolong? untuk itu kami mohon bantuan TNI," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dalam acara penandatangan MoU antara Kemendag dan TNI di Kantor Kemendag, Jakarta Pusat, Selasa, 23 Oktober 2018.
Kerja sama ini merupakan perpanjangan dari kesepakatan serupa yang diteken 23 Juli 2013 dengan TNI Angkatan Darat. Namun saat ini, kerja sama kerja sama dilakukan dengan seluruh matra TNI, mulai di tambah dengan laut dan udara. Sebab, Kemendag menyadari tingkat penyelundupan lewat laut masih cukup tinggi.
Enggar meyakini, persoalan penyelundupan ini tak lepas dari terjadinya perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Sebab, perang dagang telah menyebabkan daya beli masyarakat dunia menurun sehingga beberapa barang dari negara produsen mengalami kelebihan suplai. Indonesia dengan 260 juta lebih penduduk, kata Enggar, menjadi pasar potensial untuk masuknya barang ilegal tersebut.
Setelah kesepakatan ini, maka Kemendag dan TNI akan bekerja sama dalam perlindungan konsumen dari barang ilegal di perbatasan. Kedua institusi juga akan saling bertukar data dan informasi dalam melakukan operasi bersama penanganan penyelundupan barang ini. "Semoga berjalan dan terealisasi dengan baik," kata Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga, Kemendag, Veri Anggriono Sutiarto, mengatakan pihaknya masih menghitung besaran kerugian negara dari barang selundupan tiga tahun terakhir sejak kesepakatan dengan TNI pada 2013. "Yang pasti untuk selanjutnya, kami berharap bisa berkurang 50 sampai 60 persen," ujarnya.
Menurut Veri, perbatasan Indonesia di daerah Batam, Kepulauan Riau, dan Kalimantan Barat menjadi daerah yang paling rawan untuk terjadinya aksi penyelundupan. Selain itu, barang yang banyak diselundupkan yaitu mulai dari barang elektronik seperti handphone hingga produk makanan minuman. "Selain menganggu harga, kami khawatir pada aspek keamanannya juga," kata dia.