TEMPO.CO, Jember - Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) Institut Pertanian Bogor (IPB), Nunung Nuryartono mengutip sebuah penelitian di Amerika Serikat ihwal kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang bakal menghapus banyak pekerjaan. Lantas pekerjaan apa yang bakal bertahan di era Revolusi Industri 4.0. ? Bagaimana perguruan tinggi harus menyiapkan lulusannya agar mampu berkompetisi ?
BACA: Menaker Sebut SDM Jadi Tantangan Terberat di Industri 4.0
Pertanyaan ini menjadi diskusi hangat saat kuliah umum bertema Pendidikan Tinggi dan Era Entrepreunership di Era Revolusi Industri 4.0 di hadapan mahasiswa S2 dan S3 Universitas Jember di Gedung Soerachman, Senin, 22 Oktober 2018.
Jawabannya menurut Dekan FEM IPB ini, pekerjaan yang tidak pernah tergantikan oleh kemajuan TIK adalah pekerjaan yang membutuhkan daya inovasi dan kreativitas. Oleh karena itulah tugas perguruan tinggi untuk menyiapkan lulusan yang inovatif dan kreatif.
“Kemajuan dunia TIK mengubah banyak hal di dunia, pekerjaan yang bersifat rutin akan digantikan oleh kecanggihan teknologi internet of thing dan artificial intellegence. Akan banyak pekerjaan yang hilang, namun sebaliknya akan banyak pula peluang pekerjaan baru yang muncul,” tutur Nunung Nuryartono.
Pakar ekonomi pertanian ini lantas menambahkan, kemajuan teknologi TIK juga merambah dunia perguruan tinggi hingga mengakibatkan perubahan luar biasa di semua disiplin ilmu.
“Oleh karena itu perguruan tinggi wajib berubah antara lain dengan mulai merumuskan kembali kurikulum yang kompatibel dengan tuntutan jaman, termasuk mulai mengubah proses belajar mengajar yang selama ini dilakukan, misalnya kuliah tidak hanya berupa tatap muka, namun bisa dilakukan secara daring, termasuk menyediakan co working space bagi mahasiswa dan dosen. Perubahan juga diakibatkan karena mahasiswa dan calon mahasiswa kini adalah generasi Z yang merupakan digital native,” tambahnya.
Namun yang lebih utama, perguruan tinggi dituntut untuk meluluskan mahasiswa yang memiliki kemampuan adaptif terhadap perubahan yang makin sering terjadi. Kemampuan tersebut antara lain meliputi kemampuan menyelesaikan masalah yang makin kompleks, berpikir kritis, kreatif, mampu menjadi manajer yang baik, serta memiliki kemampuan koordinasi yang baik.
“Lulusan perguruan tinggi juga diharapkan harus punya emotional intellegence yang baik, kemampuan menilai dan memutuskan dengan tepat, berorientasi pelayanan, jago negoisasi dan daya kognitif yang fleksibel,” ujar dekan yang juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) ini.
BACA: Bos GE Sebut SDM Sebagai Tantangan Terbesar di Industri 4.0
Nunung Nuryartono berharap, jika kemampuan adaptif tersebut dikuasai oleh lulusan perguruan tinggi, maka prediksi yang dilakukan oleh para pakar ekonomi yang meramalkan Indonesia menjadi kekuatan ekonomi dunia nomor empat bakal terwujud di 2050.
“Indonesia memiliki modal yang kuat untuk menjadi kekuatan ekonomi dunia, antara lain besarnya jumlah penduduk usia produktif, oleh karena itu perlu kebijakan yang tepat agar jumlah penduduk usia produktif ini benar-benar menjadi bonus demografi bagi Indonesia,”ujar peraih gelar doktor dari Jerman ini.
Sementara itu menurut Direktur Pascasarjana Universitas Jember, Rudi Wibowo, kuliah umum bertema Revolusi Industri 4.0. digelar dalam rangka memberikan literasi kepada mahasiswa khususnya mahasiswa jenjang Pascasarjana.
“Ada tiga literasi yang dibutuhkan di era Revolusi Industri 4.0. yakni literasi data, literasi teknologi, dan literasi humaniora," kata Rusi dalam rilis yang diterima TEMPO, Senin ini. Kedatangan Dekan FEM IPB tersebut diharapkan banyak memberikan pencerahan di bidang literasi humaniora bagi mahasiswa Pascasarjana Universitas Jember.