TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. atau Bank Mandiri mencatatkan laba bersih sebesar Rp 18,1 triliun sejak Januari hingga September 2018. Corporate Secretary Bank Mandiri, Rohan Hafas mengatakan laba bersih tersebut naik sebanyak 20 persen secara year on year.
Baca: Bank Mandiri: Transaksi Kartu Kredit Meningkat Jadi Rp 24 Triliun
"Kenaikan laba tersebut akibat dari kenaikan penyaluran kredit sebesar 13,8 menjadi Rp 781,1 triliun sehingga mendorong penghimpunan aset menjadi Rp1.173,6 triliun, tumbuh 8,8 persen dari September 2017," kata Rohan seperti dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu, 17 Oktober 2018.
Sebelumnya, Bank Mandiri mencatatkan laba bersih Rp 12,2 triliun pada semester I-2018. Angka ini naik 28,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 9,5 triliun. Adapun, pertumbuhan laba itu terutama didorong fee based income sebesar Rp 12,9 Triliun, atau tumbuh 18,1 persen secara tahunan.
Rohan melanjutkan pertumbuhan kredit tertinggi dalam 18 bulan terakhir disumbangkan oleh segmen korporasi besar sebesar 27,6 persen dan pertumbuhan kredit segmen mikro sebesar 27,1 persen menjadi Rp 301,4 triliun dan Rp 97,5 triliun.
Selain itu, kenaikan laba bersih juga didukung oleh meningkatnya net interest income sebesar 4,2 persen menjadi Rp 40,5 triliun. Kenaikan laba juga didoorong oleh meningkatnya fee based income sebesar sebesar 11,4 persen menjadi Rp 18,75 triliun. Pada kuartal ketiga ini, Bank Mandiri juga mencatatkan penurunan biaya pencadangan 10,3 persen.
Sementara itu, Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Sulaiman Arif Arianto mengatakan kenaikan laba tersebut juga dibarengi dengan penurunan rasio net performing loan atau NPL. Pada kuartal ketiga ini Bank Mandiri mencatatkan penurunan rasio NPL Gross 74 basis poin menjadi 3,01 persen pada akhir September 2018.
“Penurunan rasio NPL terutama didorong oleh keberhasilan perseroan dalam melakukan restrukturisasi secara berkelanjutan, di samping pemantauan potensi bisnis debitur secara ketat sehingga dapat membantu debitur memenuhi kewajiban,” kata Sulaiman.
Sulaiman melanjutkan, persaingan yang semakin ketat serta kebijakan suku bunga yang diterapkan regulator menuntut perseroan melakukan perbaikan yang signifikan baik dari sisi pengelolaan aset produktif serta penajaman fokus bisnis. Di sisi lain, biaya operasional berhasil terus ditekan dan hanya tumbuh single digit berkat penerapan prinsip efisiensi secara konsisten di seluruh proses bisnis.
Sementara itu, Bank Mandiri hingga September 2018 salah satu bank pelat merah ini mencatatkan portofolio kredit produktif mencapai sebesar 77,5 persen dari total kredit, dan hanya 22,5 persen yang bersifat konsumtif. Rinciannya, penyaluran kredit investasi naik 12,4 persen menjadi Rp 212,1 triliun dan kredit modal kerja naik 10,5 persen menjadi Rp 318,6 triliun.