TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN sampai dengan September 2018 sebesar Rp 200,2 triliun. Menurut Sri Mulyani angka tersebut lebih kecil dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai Rp 272 triliun. Sedangkan pada Agustus 2018 defisit APBN sebesar Rp 150,7 triliun.
BACA: Kurs Rupiah RAPBN 2019 Dipatok di Rp 15.000 per Dolar AS
"Postur APBN Kita sampai September 2018 menggambarkan APBN 2018 masih sangat baik posisinya dan lebih baik dari 2017," kata Sri Mulyani di kantor Direktorat Jenderal Pajak, Rabu, 17 Oktober 2018.
Sri Mulyani mengatakan defisit tersebut sama dengan sekitar 1,35 persen Produk Domestik Bruto atau PDB. Sedangkan September tahun sebelumnya defisit sebesar 2,00 persen.
Pada September 2018 keimbangan primer mengalami defisit Rp 2,4 triliun. Menurut Sri Mulyani pada tahun sebelumnya keseimbangan primer mengalami defisit Rp 99,2 triliun.
"Bandingkan posisi keseimbangan primer tahun lalu yang sebesar negatif Rp 99,2 triliun," kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani mengatakan pendapatan negara pada September sebesar Rp 1.213 triliun. Angka tersebut sebanding dengan 69,3 persen terhadap APBN. Sedangkan dalam APBN total pendapatan negara, yaitu Rp 1.894,7 triliun.
BACA: Sri Mulyani Usul Asumsi Kurs di RAPBN 2019 Rp 15 Ribu Per Dolar
Dari sisi belanja negara, Sri Mulyani mengatakan realisasi hingga September 2018 sebesar Rp 1.512 triliun. Hal itu sebanding dengan 68,1 persen terhadap APBN. Dalam APBN belanja negara yaitu sebesar Rp 2.220,7 triliun.
Pada pembiayaan anggaran realisasi hingga September 2018 sebesar Rp 292 triliun. Angka tersebut sebanding dengan 89,8 persen terhadap PDB. Adapun dalam APBN pembiayaan anggaran sebesar Rp 325,9 triliun.
Baca berita tentang Sri Mulyani lainnya di Tempo.co.