TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengklaim arah ekonomi Indonesia mulai membaik. Hal ini berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik yang menunjukkan surplus neraca perdagangan pada September 2018 sebesar US$ 230 juta.
Baca juga: Jokowi Titip Defisit Neraca Perdagangan ke Kepala Daerah
"Ini memperlihatkan arah perkembangan yang baik dari kinerja perekonomian kita," katanya saat membuka rapat kabinet paripurna tentang evaluasi penanganan bencana alam di Istana Negara, Jakarta, Selasa, 15 Oktober 2018.
Jokowi menuturkan dalam rapat-rapat kabinet terbatas sebelumnya ia selalu menekankan jajarannya agar bisa mengendalikan impor dan meningkatkan ekspor. Meski bulan lalu mengalami surplus, ia meminta para menteri tetap mencari terobosan dalam mengendalikan impor dan meningkatkan ekspor ini.
"Harus terus dilanjutkan, dipantau terus di lapangan sehingga bulan-bulan ke depan masih juga surplus," tuturnya.
Selain itu, Jokowi memerintahkan para menteri bekerja lebih detail dalam rangka peningkatan ekspor baik di sektor migas maupun nonmigas. "Tolong migas dilihat dan nonmigas juga terus dilihat," ujarnya.
Migas selama ini dikenal sebagai salah satu sektor yang terbanyak melakukan impor. Namun laporan BPS menyebutkan pada bulan lalu impor migas menurun dibandingkan Agustus 2018 sebesar 25,2 persen atau senilai 767,6 juta dollar AS.
Untuk menekan angka impor di sektor migas, pemerintah memutuskan untuk mempercepat pelaksanaan mandatori pemanfaatan biodiesel (B20). Khusus hal ini, Jokowi mengaku mendengar ada masalah di lapangan terkait pasokan.
"Saya mendengar ada masalah pasokan dari CPO-nya di lapangan, saya nanti minta laporan mengenai hal ini," ujar Jokowi.