TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pertanian merespon kritik yang dilontarkan Wakil Ketua DPR Fadli Zon soal lonjakan harga dan minimnya ketersediaan jagung di pasaran. Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi, membenarkan bahwa harga jagung mengalami kenaikan lantaran persoalan distribusi dan musim panen.
"Pertama, lokasi produksi peternakan yang tidak sama dengan lokasi produksi jagung," kata Agung saat ditemui di Balai Besar Pasca Panen, Kementerian Pertanian, di Bogor, Jawa Barat, Senin, 15 Oktober 2018. Kondisi ini, kata dia, membuat biaya distribusi jagung ikut naik.
Tak hanya itu, Agung juga menyebut lokasi sentra produksi jagung dengan pabrik pakan juga kerap berjauhan. Saat ini saja, sebanyak 50 persen industri pakan berada di Pulau Jawa. "Jadi ada yang pakannya di Jawa, tapi ngambil jagungnya dari Gorontalo," ujarnya.
Sebelumnya, kritik disampaikan Fadli melalui akun twitternya pada Jumat, 12 Oktober 2018. Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) itu mengatakan bahwa kenaikan harga jagung untuk kebutuhan pakan telah berdampak pada para peternak. "Kondisi para peternak sudah sangat mengkhawatirkan dan sangat berbahaya dampaknya secara jangka panjang," kata politikus Partai Gerindra ini.
Menurut Fadli, harga jagung saat ini sudah menyentuh harga Rp 5.000-Rp 5.300 per kilogram, padahal harga acuan ditingkat petani Rp 3.150 per kg dan ditingkat konsumen Rp 4.000 per kg. "Dengan harga tersebut, pasokan jagung juga minim. Padahal komponen utama pakan ayam petelur adalah jagung," ujarnya.
Harga jagung seperti yang disampaikan Fadli sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 58 Tahun 2018 Tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen. Dalam peraturan tersebut, Kementerian Perdagangan menetapkan harga acuan pembelian jagung di tingkat petani berdasarkan kandungan airnya, mulai dari kandungan air 15 persen seharga Rp 3.150 hingga kandungan air 35 persen seharga Rp 2.500.
Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Singgih Januratmoko mengatakan hal yang sama bahwa harga jagung untuk pakan sudah mengalami kenaikan rata-rata sebesar Rp 500 sejak Januari 2018. Untuk pakan ayam layer atau petelur, harga naik dari Rp 5000 menjadi Rp 5500 per kg. "Sementara harga jagung untuk pakan ayam broiler naik dari Rp 6000 menjadi Rp 7000 per kg," kata dia saat dihubungi, 1 Oktober 2018.
Agung melanjutkan, faktor kedua yang memicu kenaikan harga adalah karena jagung saat ini dipanen di musim kering. Jagung yang dipanen tersebut, kata dia, memiliki kualitas yang baik dan kandungan air yang rendah. Sehingga, harga jagung pun otomatis naik. "Paling sampai November, nanti Januari Februari harga akan turun, lihat saja," ujarnya.