TEMPO.CO, Jakarta - Seruan di media sosial untuk menghapus aplikasi pemesanan layanan transportasi online Go-Jek masih sangat besar dan viral hingga kini. Hal itu karena Go-Jek dianggap pro akan isu kelompok Lesbian, Gays, Biseks, dan Transgender atau LGBT yang dikampanyekan internal oleh Go-Jek pada akhir pekan lalu.
Baca: Ini Postingan Petinggi Go-Jek soal LGBT yang Berkembang Viral
Ramainya isu tersebut juga ditanggapi oleh Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Rhenald Kasali. Ia berpendapat isu LGBT secara umum tak akan memberikan pengaruh bagi jumlah pengguna Go-Jek.
Meskipun banyak warganet yang menggunakan tagar #UninstallGojek, menurut Rhenald, tidak lantas linear dengan jumlah pengguna yang menghapus aplikasi Go-Jek dari perangkat telepon pintarnya. “Menurut saya itu tak akan ada pengaruhnya, sebab dasar penggunaan Go-Jek adalah kebutuhan manusia,” ujar dia saat dihubungi Tempo, Senin, 15 Oktober 2018.
Rhenald menjelaskan selama kebutuhan, service, harga dan teknologi yang ditawarkan Go-Jek memenuhi kebutuhan manusia maka isu LGBT tak akan berpengaruh. “Isu hanya akan tinggal isu. Isu LGBT bukan isu mendasar dalam konsumsi Gojek,” kata dia.
Sebelumnya, pernyataan dari Vice President Go-Jek, Brata Santosa terkait LGBT melalui status Facebook-nya pada Kamis malam pekan lalu, 11 Oktober 2018 sempat membuat heboh. Berikut tampilan pernyataan Brata di Facebook gambarnya viral yang tersebar melalui media sosial:
On this Coming Out Day, I'm very happy and honored to have launched a very important internal campaign of GOinALLin @GO-JEK--I'm happy to say that GO-JEK is taking diversity & inclusion matter to the next level by the adoption of non-discrimination policy towards the underrepresented group id LGTB despite of being and Indonesian company.
We had 30+ LGBT employees and Allies profiled and shared what self-acceptance, freedom, authenticity, freedom, and equality means to them gallery-walk style across the office lounge. (+rainbow ice cream treats!); amazingly we have more than 300+ Allies signed up within 3 hours by taking the photo pledge.
To quote Nadiem the founder himself, In my opinion, if you are intolerant of diversity, you don't reallu belong in GO-JEK."
#lifeatgojek
Namun ketika Tempo berusaha mencari postingan tersebut di laman Facebook hari ini tak terlihat akun dengan nama Brata Santoso. Tapi di gambar postingan itu tersebar luas dalam pencarian di Internet.
Menanggapi hal itu, pihak Go-Jek Indonesia memberikan klarifikasi lewat akun resmi Twitter @gojekindonesia. Dalam cuitannya, Go-Jek menjunjung tinggi keberagaman yang menciptakan persatuan dan keharmonisan, sejalan dengan nilai-nilai dan budaya Indonesia, yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
Go-Jek dalam pernyataannya menghargai keberagaman. "Kami percaya bahwa ide dan kreativitas, yang menjadi kunci untuk melahirkan inovasi bermanfaat bagi masyarakat, merupakan buah hasil kerja sama berbagai latar belakang pendidikan, budaya, dan keyakinan," katanya, Jumat, 12 Oktober 2018.
Baca: Viral Uninstall Go-Jek, Tak Semua Netizen Setuju Hapus Apps
Terkait status yang diunggah oleh Brata Santoso, Go-Jek mengklarifikasi bahwa unggahan tersebut bukankah pernyataan dari Go-Jek Indonesia. Unggahan Brata merupakan intepretasi pribadinya terhadap salah satu acara internal dengan tema keberagaman.