TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia pada September 2018 sebesar US$ 230 juta. Jumlah tersebut naik jika dibandingkan Agustus 2018 yang defisit sekitar US$ 1,02 miliar.
Baca juga: Dirut BEI: Pasar Sempat Syok Merespons Defisit Neraca Perdagangan
"Surplus dipicu oleh surplus sektor nonmigas sebesar US$ 1,3 miliar, walaupun sektor migas defisit US$ 1,07 miliar," ujar Direktur Statistik Distribusi dan Jasa, Yunita Rusanti di kantor Badan Pusat Statistik, Senin, 15 Oktober 2018.
Yunita mengatakan total ekspor Indonesia pada September 2018 sebesar US$ 14,83 miliar atau menurun sebesar 6,58 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Ekspor tersebut terdiri dari sektor nonmigas sebesar US$ 13,62 miliar dan sektor migas sebesar US$ 1,2 miliar.
Ekspor migas terdiri dari minyak mentah sebesar US$ 464,7 juta, hasil minyak US$ 105,5 juta dan gas sebesar US$ 637,7 juta.
Sementara total impor Indonesia di September 2018 sebesar US$ 14,60 miliar atau menurun sebesar 13,18 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Impor tersebut disumbang dari sektor migas sebesar US$ 2,2 miliar dan sektor nonmigas sebesar US$ 12,3 miliar.
Impor migas terdiri dari minyak mentah sebesar US$ 710 juta, hasil minyak sebesar US$ 1,3 miliar, dan gas sebesar US$ 263 juta.
Total ekspor pada Januari - September 2018 sebesar US$ 134,9 miliar. Total ekspor itu terdiri dari migas sebesar US$ 12,6 miliar dan non migas US$ 122,3 miliar. Sedangkan total total impor Januari - Agustus sebesar US$ 138,7 miliar. Total ekspor itu terdiri US$ 22,0 miliar dan non migas sebesar US$ 116,7 miliar.
Akumulasi defisit neraca perdagangan Indonesia pada Januari - September 2018 sebesar US$ 3,78 miliar. Sedangkan Januari - Agustus defisit neraca perdagangan sebesar US$ 4,09 miliar.