TEMPO.CO, Jakarta - Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno mengatakan ucapan Calon Presiden Prabowo Subianto merupakan otokritik buat bangsa. Menurut Sandiaga kritik itu bukan hanya selama pemerintahan Presiden Jokowi melainkan termasuk pula pemerintahan sebelumnya.
Baca: Kata Tim Jokowi Soal Harga Nasi Ayam Sandiaga Uno
"Kalau kita bilang itu otokritik buat bangsa kita bukan hanya empat tahun terakhir, tapi sebelum-sebelumnya juga karena kita berada dalam sistem yang belum memperkuat sumber-sumber produksi nasional yang kita miliki," kata Sandiaga Uno di The Hook Restaurant and Cafe, Jakarta, Sabtu, 13 Oktober 2018.
Saat Rakernas Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kamis siang, 11 Oktober 2018, Prabowo menyebut sistem perekonomian saat ini sebagai ekonomi kebodohan. "Ini menurut saya bukan ekonomi neolib lagi, ini lebih parah dari neolib. Ini menurut saya ekonomi kebodohan. The economics of stupidity. Ini yang terjadi," kata Prabowo.
Prabowo juga menganggap konsep neoliberal baik saat Indonesia masih di bawah payung rezim Orde Baru atau saat dia masih menjadi tentara. "Lihat saja yang kaya sedikit dahulu, nanti lama-lama akan menetes ke bawah kekayaan itu. Trickle down katanya. Ternyata yang kaya tambah kaya. Enggak trickle trickle. Netesnya netes tik tik tik. Tidak turun," kata Prabowo.
Sandiaga menjelaskan lagi pernyataan Prabowo. Sandiaga menyebutkan dulu Indonesia berdaulat, memiliki energi, ketahanan pangan, dan kemampuan untuk mengekspor secara masif.
"Kita dikenal sebag ekonomi yang tumbuh 7 persen dalam jangka waktu yang cukup panjang. Nah ini harus kita lakukan, kita telaah salahnya di mana. Pak Prabowo di buku paradoks Indonesia menyatakan bahwa harus kembali pada reorientasi pembangunan ke pasal 33," ujar Sandiaga.
Sandiaga mengatakan untuk mengakhiri kebodohan yang Prabowo maksud tersebut Indonesia perlu kembali ke pasal 33 ke sila ke 5, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia untuk membawa kemakmuran bangsa. "Caranya bagaimana? Ciptakan lapangan kerja seluas-luasnya, milenial preneur ini salah satu cara untuk menyetop kebodohan ini," ujar Sandiaga.
Kedua, kata Sandiaga bagaimana memberdayakan ekspor dengan men-subtitusi impor supaya setiap dolar AS naik, pemerintah tidak kelimpungan dengan harga pangan dan bahan pokok yang meningkat.
Simak juga: Bertemu Pengusaha Tionghoa, Sandiaga: Sekarang Cuan Enggak?
"Nah ini yang saya rasa seluruh elemen bangsa perlu berpikir jangan kita saling terpecah belah, kami tidak ingin menyalahkan siapa pun, tapi kami positif berpikir bahwa kami harus memperbaiki ekonomi," ujar Sandiaga.
HENDARTYO HANGGI | ANTARA