TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pelaksana Otorita Pariwisata Danau Toba (BPODT) menandatangani perjanjian kerja sama dengan tujuh investor untuk pengembangan industri pariwisata di Danau Toba senilai US$ 400 juta atau setara Rp 6,07 triliun. Perjanjian investasi itu diteken di sela-sela pertemuan IMF - World Bank 2018 di Bali hari ini.
Baca: Rupiah Melemah, BI: Investor Global Memilih Investasi di AS
Ketujuh investor yang siap membenamkan modal di Danau Toba yaitu PT Gaia Toba Mas, PT Agung Concern, PT Alas Rimbawan Lestari, PT Gamaland Toba Properti, PT Crystal Land Development, PT Asset Pacific, dan PT Arcs House – Jambuluwuk.
Arie Prasetyo, Direktur Utama BPODT, mengatakan pihaknya bakal memastikan pengembangan pariwisata di Danau Toba akan menggunakan pendekatan eco-tourism.Pendekatan yakni menjaga pengembangan dengan menjaga kelestarian lingkungan, melibatkan masyarakat, dan menjaga tradisi budaya setempat.
"Kami bersama-sama dengan para investor akan memastikan bahwa proses pengembangan berjalan sesuai dengan pendekatan eco-tourism yang menjaga keharmonisan alam, manusia dan aspek spiritual,” ujarnya, Jumat, 12 Oktober 2018.
Menurut Arie, para investor akan membangun membangun fasilitas-fasilitas penunjang pariwisata seperti: hotel dan resort berstandar internasional, MICE (meeting, incentive, convention and exhibition), dan agro-forestry. Selain itu, investor juga akan mengembangkan, pertanian organik, wisata desa, pendidikan tentang pariwisata dan pemberdayaan sosial-ekonomi.
Hiramsyah S. Thaib, Tenaga Ahli Menteri Pariwisata, menambahkan pemerintah memberikan dukungan penuh terhadap pengembangan pariwiisata di Danau Toba melalui strategi 3A yaitu atraksi, akses, dan amenitas. Selain itu, pemerintah juga mengupayakan agar Geopark Kaldera Toba mendapat pengakuan sebagai UNESCO Global Geopark. "Saya yakin, para pelaku bisnis industri pariwisata dapat bergerak cepat untuk melakukan pengembangan," katanya.
Baca: Pertemuan IMF - World Bank, 21 Proyek BUMN Dapat Dana Rp 200 T
Sebagaimana diketahui, sektor pariwisata merupakan sektor yang digarap menjadi mesin devisa nasional. Pada 2019, sektor ini diharapkan bisa menyumbang devisa sebanyak US$ 20 miliar. Indonesia juga berambisi menjadi destinasi pariwisata terbaik di regional.
BISNIS