TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Fadli Zon dalam cuitannya di akun Twitter pribadinya @fadlizon, mempertanyakan dibatalkannya keputusan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium. "Siapa yg salah fatal? @jokowi atau @jonan_ignasius?" ujar dia, Rabu, 10 Oktober 2018.
Baca: Selain soal BBM, Ini 3 Pernyataan Kontroversial Ignasius Jonan
Pernyataan Fadli tersebut menanggapi cuitan Executive Director Charta Politika Yunarto Wijaya. Di cuitannya, akun @yunartowijaya menilai ada kesalahan fatal dalam komunikasi internal kabinet Jokowi. Yunarto menuliskan, "Apapun alasannya, peristiwa pembatalan/penundaan keputusan kenaikan bbm tadi adalah sebuah kesalahan fatal dari sisi komunikasi dan koordinasi... Yuk objektif..."
Atas cuitan Fadli tersebut, Yunarto langsung merespon pertanyaan Fadli di Twitter. Yunarto mengatakan,"sampe skrg yg terbukti fatal ya ratna sarumpaet, gak tau berikutnya siapa.. khan msh diproses..."
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral atau ESDM, Ignasius Jonan mengumumkan pemerintah rencana menaikkan harga BBM jenis premium menjadi Rp 7.000 per liter mulai kemarin, Rabu, 10 Oktober 2018. Namun belakangan pemerintah membatalkan rencana kenaikan harga BBM Premium itu karena PT Pertamina (Persero) belum siap jika harus dua kali menaikkan harga BBM dalam satu hari.
Jonan menuturkan rencana kenaikan harga BBM tersebut dipicu oleh harga minyak mentah dunia yang juga ikut naik sejak awal tahun lalu. Menurut mantan Menteri Perhubungan tersebut, harga minyak mentah jenis Brent telah naik sebanyak 30 persen sedangkan kenaikan ICP telah naik sebanyak 25 persen.
"Pertimbangannya karena naik terus ini (harga) ICP, kurang lebih 25 persen. Karena Pertamina belinya minyak bagian ini naik terus. Karena itu pemerintah sesuai arahan Presiden, premium dinaikkan," kata dia.
Namun selang 30 menit dari pernyataan rencana kenaikan harga BBM itu, Menteri Jonan mengoreksi pernyataannya soal kenaikan harga Premium. “Ditunda sesuai dengan arahan Presiden,” demikian pernyataan tertulis yang dikirim stafnya, Rabu, 10 Oktober 2018.
Di tempat terpisah, Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media, Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Fajar Harry Sampurno, mengatakan Kementerian BUMN belum mendengar ihwal rencana kenaikan harga Premium. “Setelah berkoordinasi, diputuskan untuk ditunda,” ucapnya.
Setelah saling berbalas cuitan itu, akun Fadli Zon dibanjiri oleh respons netizen. Salah satunya, akun @DhaniRiyaldi yang menyatakan, "Bagus dong ga jadi naik. Gitu aja kok repot. Apresiasi thd pemerintah yg skrg ."
Selain itu, akun @bang_denny juga merespons, "Gak usah nunjuk2 lahhh.. sante aja brayyy yg penting rakyat happy."
Sementara itu, ekonom Instute For Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menyebut inkonsistensi kebijakan energi yang dilakukan pemerintah menciptakan sentimen negatif kepada pasar. "Selain di pasar keuangan, juga investor yang ingin masuk ke sektor minyak dan gas jadi hold dulu. Memasuki tahun politik, risiko kebijakan makin besar," ujar Bhima kepada Tempo, Rabu, 10 Oktober 2018.
Baca: Jokowi Batalkan Kenaikan Harga BBM Premium karena Rakyat Kecil?
Berdasarkan prediksi Bhima, kebijakan tidak konsisten pemerintah soal harga BBM itu bakal mengantar rupiah melemah ke level Rp 15.240-15.270 per dolar AS di hari berikutnya. Selain itu Indeks Harga Saham Gabungan diprediksi anjlok ke level 5.800, setelah ditutup pada level 5.820,668 pada kemarin sore.
DIAS PRASONGKO | CAESAR AKBAR