TEMPO.CO, Nusa Dua - Presiden Bank Dunia Grup, Jim Yong Kim, mengapresiasi keputusan pemerintah Indonesia mengalokasikan anggaran yang cukup besar untuk mendorong kapasitas sumber daya manusia (SDM) di antaranya melalui anggaran pendidikan. “Indonesia termasuk negara yang cepat dalam menindak isu human capital. Anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari pemerintah juga cukup tinggi,” kata Jim dalam konferensi pers pertemuan IMF - World Bank, Nusa Dua, Kamis, 11 Oktober 2018.
Baca: Cina Melambat, Bank Dunia Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Asia Timur
Jim menyebutkan fakta bahwa PDB per kapita Indonesia naik dari US$ 785 pada tahun 2000 hingga lebih dari US$ 3.800 pada 2017 merupakan hal yang menggembirakan. Selain itu, tingkat kemiskinan juga berkurang hampir setengahnya menjadi 9,8 persen dari 19,1 persen pada 2000. “Kami yakin negara ini dapat melanjutkan laju ekonominya,” kata Jim.
Meski begitu, Indonesia kini berada di peringkat ke-87 dari 157 negara dalam indeks modal manusia (Human Capital Index atau HCI). Ia meminta pemerintah tetap melanjutkan investasi untuk sumber daya manusia atau SDM meski hasil yang diharapkan belum setara dengan anggaran pemerintah yang dikeluarkan.
Dari pengamatannya, Jim mengingatkan bahwa Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah, yaitu hasil dari anggaran yang besar tersebut masih belum cukup optimal. Saat ini Bank Dunia dan Indonesia masih bekerja sama untuk memaksimalkan hasil yang dapat dicapai dalam SDM dengan investasi yang telah diberikan oleh pemerintah tersebut.
Jim juga menjelaskan bahwa investasi untuk SDM menjadi penting karena perkembangan teknologi yang cepat sekarang ini dipastikan dapat menggantikan pekerjaan manusia yang memiliki keterampilan rendah. “Jika kita memutuskan untuk tidak memberikan investasi ke dalam SDM, hal itu bisa membuat kerusakan karena pekerjaan nantinya dapat tergantikan oleh otomatisasi,” tutur Jim.
Di dalam laporan Human Capital Index yang diluncurkan oleh Bank Dunia hari ini ditunjukkan bahwa 56 persen anak-anak yang lahir pada hari ini di seluruh dunia akan kehilangan lebih dari setengah potensi pendapatan seumur hidup. Hal ini terjadi jika pemerintah tidak memberikan investasi yang efektif untuk kesehatan, pendidikan, dan kesiapan masyarakat memasuki dunia kerja di masa depan. “Bagi masyarakat miskin, human capital seringkali menjadi satus-satunya modal yang dimiliki,” kata Jim.
Baca: Presiden Bank Dunia Akan Hadir di Pertemuan IMF Hari Ini
Bank Dunia juga mengingatkan bahwa ancaman yang bersifat jangka panjang untuk perekonomian harus diperhatikan dari sekarang. Selain memperhatikan risiko jangka pendek seperti volatilitas pasar keuangan dan tensi dagang, dunia tetap harus memperhatikan isu yang dampaknya tidak dapat dilihat dalam waktu dekat seperti pemanasan global dan investasi untuk SDM.
BISNIS