Dua nelayan melintasi sebuah apartemen di Demaga Pelabuhan Muara Angke, Jakarta (6/8). Tingginya suku bunga kredit perbankan mengakibatkan lesunya industri properti di Indonesia. Foto: TEMPO/Tri Handiyatno
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat ini. Menurut Direktur BTN Iman Nugroho Soeko, menaikkan suku bunga bank merupakan agedan rutin yang dilakukan setelah The Fed yang menaikkan suku bunga kebijakan Fed Fund Rate (FFR) dan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI-7DRR). Biasanya, kata dia, kenaikan tersebut biasanya diikuti kenaikan suku bunga deposito lalu ditransmisikan ke dalam kenaikan suku bunga kredit.
"Kelihatannya suku bunga akan dinaikkan. Akan diputuskan dalan rapat alco (asset liability committee) yang digelar pekan depan. Detail analisis mah disusun tim alco," ujar Iman.
BACA: BI Naikkan Suku Bunga, Rupiah Terperosok
PT Bank Negara Indonesia Tbk juga mengambil tindakan sama dengan menaikkan suku bunganya. Direktur Treasury dan International BNI Rico Rizal Budidarmo menuturkan bunga Kredit BNI dengan suku bunga floating atau reference rate secara otomatis sudah menyesuaikan dengan kenaikan bunga pasar seperti JIBOR (Jakarta Interbank Offered Rate) atau London Interbank Offered Rate (LIBOR). Keduanya menggunakan suku bunga mengambang (floating rate), yakni besarnya perubahan suku bunga disesuaikan dalam jangka waktu tertentu.
"BNI masih mengedepankan kualitas aset tetap terjaga, namun untuk kredit baru diberikan sesuai dengan suku bunga pasar saat ini," ujar Rico.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menuturkan sejumlah bank sudah menaikkan suku bunga 25-50 bps. Menurut dia basis poin tersebut dinilai cukup moderat di tengah perlambatan konsumsi rumah tangga. Bhima menuturkan ekspansi usaha bisa terganggu apabila menaikkan suku bunga yang agresif. Menurut dia, kalau tidak hati-hati maka non performing loan (NPL) atau kredit bermasalahnya akan naik.
“Jika terjadi, maka yang rugi bank-nya sendiri. Untuk itu, biasanya bank lebih memilih untuk potong net interest marjinnya dibandingkan naikan bunga kredit. "Itu trade off-nya," ujar Bhima.