TEMPO.CO, Bali - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menuturkan ada tiga paradigma baru dalam pembiayaan infrastruktur. Hal itu ia sampaikan dalam Forum Investasi Indonesia 2018, Selasa 9 Oktober 2018 di Bali.
BACA: Melemah Lagi, Kurs Rupiah Jisdor Tembus Rp 15.233 per Dolar AS
Pertama yaitu pergeseran dari pembiayaan Pemerintah ke pembiayaan swasta. Kedua, proyek infrastruktur sebagai sebuah kelas aset (class asset). “Ketiga, basis investor yang luas, baik dari institusi maupun retail,” kata Perry dalam keterangan tertulis, Selasa 9 Oktober 2018.
Menurut Perry, terdapat beberapa keuntungan pembiayaan infrastruktur melalui peran swasta. Keuntungan pertama yaitu mempercepat pembangunan infrastruktur seperti airport, seaport, dan tol laut. “Hal tersebut akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi jangka menengah-panjang,” ujarnya.
BACA: Agustus 2018, BI: Penjualan Eceran Meningkat karena Asian Games
Kedua, kata dia, untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan, mengingat pembiayaan swasta datang tak hanya dari dalam negeri namun juga oleh asing. Ketiga, memperluas kesempatan investor domestik maupun asing untuk berpartisipasi dalam pembiayaan infrastruktur.
“Mengingat pentingnya peran swasta dalam pembangunan infrastruktur, otoritas terkait perlu mendorong minat investor swasta,” tutur dia.
Caranya dengan mengupayakan agar sekuritas, obligasi, saham, dan instrumen lainnya menarik dari sisi komersial. Selain itu, kata Perry, stabilitas ekonomi Indonesia harus selalu terjaga untuk meyakinkan investor bahwa ekonomi Indonesia tak hanya potensial namun juga stabil.
Ia mengatakan manajemen risiko pun harus dijaga, baik dari sisi nilai tukar, suku bunga, maupun likuiditas. Dalam seluruh aspek tersebut, Bank Indonesia terus berkoordinasi dengan Pemerintah dan lembaga terkait lainnya, agar investasi swasta dapat terus ditingkatkan.