TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah terus tertekan pada perdagangan hari ini, Kamis, 4 Oktober 2018. Salah satu sebabnya adalah indeks dolar menguat setelah data ekonomi AS membaik melebihi ekspektasi.
Baca: Ekonomi Global Berfluktuasi, Sri Mulyani: Adjustment, Adjustment
Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup di zona merah, melemah 0,69 persen atau 104 poin ke level Rp 15.179 per dolar AS setelah bergerak pada kisaran Rp 15.120-Rp 15.192. Mata uang Garuda sebelumnya dibuka dengan pelemahan 45 poin atau 0,30 persen di level Rp15.120 per dolar AS. Adapun pada perdagangan Rabu, 3 Oktober 2018, rupiah berakhir melemah 32 poin atau 0,21 persen di posisi Rp 15.075 per dolar AS.
Kepala Bidang Riset dan Analis PT Monex Investindio Futures Ariston Tjendra mengungkapkan bahwa data-data ekonomi AS yang muncul cukup bagus telah berhasil menambah pelemahan rupiah. “Data tenaga kerja AS yang disurvei oleh lembaga swasta dan data ISM non-manufaktur AS dirilis di atas perkiraan pasar pada Rabu malam, ditambah lagi data non-farm payroll (NFP) AS bakal melebihi perkiraan juga. Jadi pelemahan rupiah terhadap dolar AS masih terbuka,” katanya Kamis, 4 Oktober 2018.
Ariston mengatakan untuk saat ini yang bisa dilakukan pemerintah hanya menurunkan defisit transaksi berjalan atau current account deficit dengan meningkatkan ekspor dan menurunkan impor.
Untuk menekan laju rupiah yang kian melemah, pemerintah telah melakukan berbagai cara. Salah satunya dengan mengurangi impor barang konsumsi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan pihaknya akan terus memantau impor barang konsumsi yang sedang berusaha dikendalikan oleh pemerintah. Salah satu langkahnya adalah menaikkan tarif Pajak Penghasilan (PPh) pasal 22 terhadap 1.147 pos tarif atau barang komoditas.
"(Sebanyak) 1.147 (pos tarif) itu nanti akan kami lihat laporannya setiap pekan dan posisi terakhir sudah menunjukkan penurunan. Namun kami akan lihat Oktober pekan pertama ini," ujarnya di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, 4 Oktober 2018.
BISNIS