TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara mengatakan dampak dari pelemahan rupiah yang terjadi saat ini, masih dapat dikelola. Suahasil mengatakan Kemenkeu terus memonitor pelemahan rupiah dari waktu ke waktu, karena berdampak kepada anggaran.
Baca juga: Terkena Sentimen Eksternal Rupiah Melemah ke 15.139 per Dolar AS
"Setiap kali rupiah melemah, penerimaan tentu meningkat dan belanja juga meningkat, tapi dampaknya penerimaan meningkat lebih tinggi daripada belanja. Jadi untuk anggaran, kami melihat dampaknya, tapi dampaknya masih bisa dikelola," kata Suahasil di Kompleks Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis, 4 Oktober 2018.
Menurut Suahasil, dampak pelemahan rupiah sebenarnya tidak hanya mempengaruhi anggaran, tapi keseluruhan ekonomi.
Suahasil mengatakan pelemahan rupiah berdampak ke ekspor. Secara teori, setiap kali rupiah melemah, ekspor akan mendapat peningkatan daya saing, tapi di saat yang bersamaan impor akan lebih mahal.
"Bila impor lebih mahal, kami mengerti ada beberapa jenis impor, seperti impor bahan modal, konsumsi, dan lainnya. Setiap kali impor bahan modal meningkat lebih mahal, itu artinya proyek infrastruktur juga akan lebih mahal. Jadi kami melihat semua dampak itu, tapi saya yakin BI akan menjaga stabilitas rupiah," kata Suahasil.
Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi bergerak melemah sebesar 75 poin menjadi Rp 15.139 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 15.064 per dolar AS.
"Dolar AS bergerak menguat terhadap beberapa mata uang kuat dunia, termasuk rupiah seiring data tenaga kerja di Amerika Serikat yang naik," kata Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail di Jakarta, Kamis, 4 Oktober 2018.
Mikail mengemukakan penyerapan tenaga kerja di sektor swasta Amerika Serikat naik menjadi 230 ribu pekerja pada September, lebih tinggi dibandingkan Agustus yang sebanyak 168 ribu. "Angka itu juga lebih tinggi dari ekspektasi ekonom sebesar 185 ribu. Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak Februari lalu," katanya.
Selain itu, menurut Mikail, harga minyak mentah dunia yang kembali naik turut membebani pergerakan kurs rupiah. Saat ini harga minyak dunia naik ke level US$ 76 per barel.
BISNIS