TEMPO.CO, Jakarta - Kurs rupiah terhadap dolar AS terus melemah. Pada pembukaan perdagangan pagi ini, kurs rupiah dibuka melemah lagi 22 poin 0,15 persen di level Rp15.065 per dolar AS.
Pergerakan mata uang Garuda kemudian terpantau tambah melemah 32 poin atau 0,21 persen ke level Rp15.075 per dolar AS pada pukul 08.16 WIB. Adapun pada perdagangan Selasa, 2 Oktober 2018, rupiah terjerembap 132 poin atau 0,89 persen di posisi Rp 15.043 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS pagi ini terpantau bergerak cenderung flat di level 95,507 pada pukul 08.08 WIB.
Meski rupiah bergerak ke level terendah sejak 1998, Menteri Keuangan Sri Mulyani meyakini sektor perbankan di Tanah Air masih cukup kuat untuk merespon dan menyesuaikan kondisi terkini. "Kita lihat dari 'capital adeqequacy ratio'-nya mereka, dilihat dari non performing loan mereka, dilihat dari landing rate mereka, semuanya sampai dengan bulan Oktober ini dan tampaknya menyesuaikan terhadap angka Rp15.000 terjadi secara cukup baik," kata Sri Mulyani kepada pers di Kantor Presiden Jakarta, Selasa, 2 Oktober 2018.
Pihaknya menyatakan bersama-sama dengan Bank Indonesia dan Menko Perekonomian terus melihat perkembangan rupiah. Sri Mulyani menilai perkembangan ini tentu akan direspon oleh para pelaku ekonomi.
"Di satu sisi, kami akan melihat terus indikator-indikator yang menopang perekonomian. Umpamanya, kalau dari sisi perbankan, apakah sektor perbankan kita cukup kuat dan terus akan bisa menyesuaikan dengan nilai 15.000 ini," kata Sri Mulyani.
Ia juga melihat dari sektor riil dimana pertumbuhan ekonomi hingga kuartal III diperkirakan cukup tinggi. "Kemarin inflasi mengalami penurunan, deflasi dan pertumbuhan dikontribusikan dari sektor konsumsi, investasi dan pada tingkat tertentu adalah ekspor dan belanja pemerintah yang saya sampaikan tumbuh 8 persen bisa memberikan kontribusi yang bagus," katanya.
Dari sisi kestabilan secara umum, kata dia, tentu Bank Indonesia akan terus mengelola kurs rupiah terhadap dolar ini sehingga bisa mengawal perekonomian dan menyesuaikan dengan tingkat ekuilibrium baru. "Kita tentu semua berharap dan terus akan menjaga dengan menggunakan instrumen yang ada," kata Sri Mulyani.
BISNIS