TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal III yang akan dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) berada di kisaran 5,1 persen. Angka tersebut lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang sebesar 5,27 persen.
Baca juga: BI: Pertumbuhan Ekonomi Sampai Akhir Tahun Bisa Kurang dari 5,2 Persen
"Pengumuman terkait pertumbuhan ekonomi pada kuartal ke III 2018 oleh BPS yang diprediksi akan berada di kisaran 5,1 persen atau lebih rendah dari kuartal sebelumnya," kata Bhima saat dihubungi, Ahad, 30 September 2018.
Bhima mengatakan Bank Indonesia juga memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun ini berada di bawah 5,2 persen. "Kekhawatiran ini berdasarkan pada stagnannya konsumsi, menurunnya kinerja investasi dan net ekspor," ujar Bhima.
Menurut Bhima, rilis pertumbuhan ekonomi tersebut akan mempengaruhi pergerakan rupiah pada pekan ini.
Sebelumnya BPS merilis mengenai pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2018. Dalam laporan BPS itu, pertumbuhan ekonomi kuartal II mencapai 5,27 persen itu tercatat naik tajam dibandingkan dengan kuartal I 2018 yang hanya sebesar 5,01 persen.
Adapun menurut data BPS, konsumsi rumah tangga pada kuartal II 2018 tumbuh signifikan sebesar 5,14 persen dari 4,95 persen pada kuartal II 2017. Pertumbuhan rumah tangga ini didorong oleh penjualan sepeda motor dan mobil penumpang yang masing-masing tumbuh 18,96 persen dan 3,25 persen dibandingkan kuartal II 2017 yang terkontraksi 10,93 persen dan 11,22 persen.
Sedangkan faktor lain yang mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga adalah panen raya yang mendorong upah riil buruh tani meningkat akibat THR serta gaji ke-13 bagi PNS. Ketiga, pembagian bantuan sosial dari pemerintah yang cukup besar yakni tumbuh 61,69 persen. Sehingga persentase pengeluaran konsumsi naik menjadi 64,58 persen dari 64,08 persen.
DIAS PRASONGKO