TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan saat ini pelaku pasar sedang menunggu pengumuman inflasi September dari Badan Pusat Statistik (BPS). Bhima memprediksi inflasi pada September akan sebesar 0,12 - 0,20 persen (mtm).
Baca juga: BI Ramalkan Akhir Tahun Inflasi di Bawah 35 Persen
"Inflasi kembali naik akibat mulai terjadinya penyesuaian harga barang akibat kurs rupiah melemah atau imported inflation," kata Bhima saat dihubungi, Ahad, 30 September 2018.
Menurut Bhima, puncak inflasi diprediksi terjadi pada November - Desember. Puncak inflasi bisa terjadi di bulan tersebut karena combo hit, yaitu penyesuaian harga BBM, dan faktor seasonal Natal Tahun Baru, di mana permintaan biasanya naik.
Hari ini BPS akan mengumumkan Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi September 2018, Indeks Harga Perdagangan Besar September 2018, Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Gabah September 2018, dan Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Agustus 2018.
Angka-angka tersebut akan dirilis langsung oleh Kepala BPS, Suhariyanto pada pukul 11.00 WIB di kantor BPS, Gedung 3.
Sebelumnya, BPS merilis data bahwa pada Agustus 2018 terjadi deflasi sebesar 0,05 persen. Angka deflasi ini menyebabkan inflasi tahun kalender atau year to date tercatat 2,13 persen, sementara inflasi dari tahun ke tahun atau year on year menjadi 3,20 persen.
"Tentu hasil ini menggembirakan, karena berada di bawah target sebesar 3,5 persen," kata Suhariyanto saat mengelar rilis data terkait inflasi dan deflasi di Kantor BPS, Sawah Besar, Jakarta Pusat, 3 September 2018.