TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perindustrian mendorong industri di dalam negeri agar semakin meningkatkan nilai tambah dari bahan baku yang diimpor guna meningkatkan manfaat bagi perekonomian nasional, misalnya dari hasil kegiatan ekspor.
BACA: Airlangga Ajak Pelaku Industri AS Investasi di Ekonomi Digital
"Misalnya di industri tekstil, kita masih impor kapas dari Amerika Serikat, tetapi kita kembalikan ke sana lagi dengan produk jadi garmen. Itu yang lebih baik," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangan resminya kepada pers di Jakarta, Sabtu, 29 September 2018.
Menperin menyampaikan pihaknya memacu peningkatan ekspor produk manufaktur nasional ke Amerika Serikat, yang antara lain meliputi komoditas pakaian, tekstil, dan sepatu. "Untuk itu, kami ikut mengakselerasi penyelesaian perundingan kerja sama bilateral yang komprehensif," ujarnya.
BACA:Industri Kecil dan Menengah Ikut Terdampak Efek Pelemahan Rupiah
Salah satu yang ingin disepakati dengan Amerika Serikat, yakni tarif bea masuk untuk ketiga komoditas manufaktur Indonesia tersebut bisa dihapuskan atau nol persen.
"Kami meyakini, langkah menggenjot ekspor ini, tentu akan mendongkrak produktivitas dan penyerapan tenaga kerja industri," imbuhnya.
Kemenperin mencatat neraca perdagangan RI dengan AS mengalami surplus pada dua tahun terakhir. Pada 2016, surplus sekitar 8,47 miliar dolar AS, sedangkan di 2017 surplus sebesar 9,44 miliar dolar AS.
Sementara itu, total nilai ekspor nonmigas RI ke AS mencapai 15,68 miliar dolar AS pada 2016 dan naik di tahun 2017 menjadi 17,14 miliar dolar AS.
Di samping itu, lanjut Airlangga, pihaknya aktif mengajak pelaku industri AS agar melakukan ekspansi dan investasi baru di Indonesia. "Selama ini mereka banyak investasi di sektor industri ekstraktif. Nah, kali ini, kami mendorong di sektor yang siap memasuki era industri 4.0 atau digital economy," jelasnya.
Sejalan hal tersebut, Kemenperin bersama pemangku kepentingan terkait sedang fokus menciptakan Indonesia menjadi basis ekosistem digital guna mendukung tumbuhnya investasi di sektor industri 4.0. "Berdasarkan Making Indonesia 4.0, ada lima sektor yang akan menjadi pionir, yakni industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, dan elektronika," sebutnya.
Airlangga optimistis pembentukan ekosistem digital dapat pula menjadi solusi untuk menumbuhkan usaha rintisan (startup) hingga sektor industri kecil dan menengah (IKM) di dalam negeri.
ANTARA