TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perhubungan Udara, M. Pramintohadi Sukarno mengatakan Bandar Udara Mutiara Sis Al Jufri Palu ditutup lantaran terkena dampak gempa Donggala berkekuatan 7,7 skala Richter (SR), Jumat, 28 September 2018.
Baca juga: Akibat Gempa Donggala, Jaringan Komunikasi Terputus
"Betul, bandara ditutup dari 28 September 2018 pukul 19.26 WITA sampai dengan estimasi 29 September 2018 pukul 19.20 WITA," ujar Pramintohadi kepada Tempo, Jumat, 28 September 2018. Penutupan itu sesuai Notam Nomor H0737/18.
Gempa bumi yang mengguncang Kota Palu dan Donggala, Jumat petang, 28 September 2018, dilaporkan mengakibatkan seorang meninggal dan 10 orang lainnya luka-luka. Korban luka-luka kini dirawat di RSU Donggala.
Siaran pers BMKG menyatakan BPBD Kabupaten Donggala melaporkan tercatat satu orang meninggal dunia, 10 orang luka-luka dan puluhan rumah rusak. Korban yang tewas dan luka-luka itu akibat tertimpa bangunan yang roboh.
"Evakuasi masih dilakukan oleh petugas. Pendataan dan penanganan darurat masih dilakukan," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho, dalam siaran persnya, Jumat, 28 September 2018.
Gempa dirasakan di wilayah Kabupaten Donggala, Kota Palu, dan Parigi Moutong. Secara umum gempa dirasakan berintensitas sedang selama 2-10 detik. Gempa dirasakan beberapa kali karena adanya gempa susulan.
Gempa Donggala dirasakan sangat keras di Kecamatan Sirenja karena dekat dengan pusat gempa. Beberapa rumah roboh dan rusak akibat gempa. Masyarakat panik dan berhamburan keluar rumah.
BMKG telah memutakhirkan kejadian gempa yang semula bermagnitudo 5,9 pada skala Richter(SR) menjadi M6 SR dengan pusat gempa dua KM arah Utara Kota Donggala pada kedalaman 10 KM, Jumat, 28 September 2018, pukul 14.00 WIB.
Sumber gempa Donggala berasal dari sesar Palu Koro. Berdasarkan analisis peta, guncangan gempa bumi ini dilaporkan dirasakan di daerah Donggala IV MMI, Palu III MMI, Poso II MMI.