INFO BISNIS - Piyush Gupta mungkin tak seterkenal Jeff Bezos pendiri Amazon. Tetapi di kalangan bankir, tangan dingin CEO Bank DBS yang berpusat di Singapura itu berhasil membawa DBS terbang tinggi. Gebrakan di bidang digital membuat Euromoney menobatkan bank ini sebagai bank digital terbaik dunia serta bank untuk UMKM terbaik dunia. Kemudian, Global Finance menghargai Bank DBS sebagai bank terbaik di dunia. Pendekatan DBS yang mirip perusahaan teknologi, yakni ketika merilis produk baru, versi beta diluncurkan dan terus update sesuai dengan arah keinginan konsumen.
“Investasi kami di bidang teknologi informasi cukup besar, kami optimistis menatap persaingan masa depan,” kata Managing Director Consumer Banking Group Bank DBS Indonesia Wawan Salum. Mengutip laporan keuangan Bank DBS per Desember 2017, selama 2017 untuk teknologi informasi lebih dari Rp 166 miliar dibelanjakan. Dengan besaran investasi itu, rencana bisnis yang matang tentu sudah disiapkan. “Kita membuat tahapan-tahapan, seperti digibank akan dikembangkan untuk wealth management hingga loan,” ujar Wawan, menambahkan.
Baca Juga:
Komitmen manajemen untuk mendukung digital banking bukan sekadar pemanis bibir. Kalau mobile banking sekedar kanal yang memindahkan berbagai fungsi ke smartphone, maka yang dikembangkan DBS Indonesia adalah digital to core atau semuanya tahapan diselesaikan melalui digitalisasi. Dari inilah kemudian muncul pengalaman pengguna yang oke dan mau menggunakan layanan digital tersebut. Tapi, ini bukan proses mudah, karena butuh bertahun-tahun untuk melebur dalam pemahaman digital yang sama. Ketika pemahaman terhadap pasar sudah terjadi, maka tinggal atur di pusat pengembangan inovasi yang dimiliki oleh grup DBS yang berada di India dan Singapura.
Selain layanan digital, Bank DBS (Development Bank of Singapore) juga tetap mengembangkan layanan konvensional. Terbukti secara regional DBS adalah bank terbaik untuk UMKM dan bank terbaik Asia untuk layanan transaksi. Prinsip kehati-hatian perbankan tetap mewarnai kiprah DBS sembari tetap beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi yang bergerak sangat masif. Kunci keberhasilan memadukan ini adalah komitmen manajemen yang kuat, budaya organisasi yang luwes terhadap perubahan, serta selalu terus berorientasi pada kebutuhan konsumen.
“Kami di DBS melihat konsumen ke depan tidak memerlukan perbankan tetapi tetap butuh banking. Banking dapat disediakan tidak hanya oleh bank tetapi juga fintech dan e-commerce. Kondisi blur ini sudah kami antisipasi sejak lama,” kata Wawan Salum. Kuncinya adalah perbankan harus migrasi ke digital. “Bisa jadi saat ini belum terlihat jelas rivalitas antar penyedia layanan banking tetapi bila itu terjadi ke depan, kami sudah siap,” ujar Wawan.
Baca Juga:
Konsep perbankan yang bermigrasi ke digital akan menjadi sesuatu yang jamak diperbincangkan. Kondisi ini tentu berbeda dengan tiga tahun lalu ketika digital bank belum menjadi sesuatu yang umum dan diterima masyarakat. Namun, pelan tapi pasti persaingan atau kompetisi antarbank akan berpindah menjadi bagaimana mereka dapat beralih dengan smooth ke layanan digital. Arena kompetisi pun akan berada pada level berbeda. Siapa siap beralih menuju digital maka mereka akan memperoleh keuntungan dari konsumen baru yang memiliki preferensi digital setara. Itu yang telah dilakukan Bank DBS Indonesia.(*)