TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fadli Zon mengkritisi sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap IMF - Bank Dunia. Sebabnya, pada 2015, kata Fadli, Jokowi dengan tegas mengkritik lembaga keuangan dunia itu, namun kini Indonesia malah menjadi tuan rumah pertemuan rutin IMF - Bank Dunia.
Baca juga: Fadli Zon: Pertemuan IMF-Bank Dunia Tidak Pentin dan Mubazir
"Pada 2015 saya ingat saya hadir saat konferensi Asia Afrika di Jakarta Convention Center, (pidato Jokowi) isinya mengkritik IMF, World Bank, dan Persatuan Bangsa Bangsa," ujar Fadli di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat, 28 September 2018.
Fadli mengenang saat itu ia sampai bertepuk tangan setelah Jokowi membacakan pidatonya. Ia menilai pidato Jokowi di acara 60 tahun Konferensi Asia Afrika itu lumayan bagus dan tegas.
"Tapi saya tidak mengerti apakah dia mengerti atau tidak dengan sisinya, mungkin yang buat pidatonya orang lain," kata Fadli. "Pidatonya itu cukup keras menentang, termasuk melakukan reformasi, tapi nyatanya cuma sekali itu saja."
Malah, kata Fadli Zon, sampai saat ini kebijakan yang dikeluarkan pemerintahan Jokowi masih neo-liberal. Bahkan, dengan menjadi tuan rumah pertemuan rutin IMF - World Bank, Fadli melihat Indonesia masih menjadikan dua lembaga itu seperti raja. "Sampai-sampai kita mengeluarkan anggaran yang sangat besar, sebaiknya pidato itu diputar ulang."
Berdasarkan laporan Tempo saat Konferensi Asia Afrika 2015, Presiden Joko Widodo mengatakan kondisi dunia masih sarat dengan ketidakadilan dan ketidakseimbangan. Contohnya kesenjangan sosial antara negara kaya dan miskin. Ketidakadilan global, kata dia, masih dirasakan sekelompok negara yang belum diakui negara-negara global lain.
Menurut Jokowi, negara-negara di kawasan Asia-Afrika harus membangun tatanan ekonomi dunia baru yang terbuka untuk kekuatan-kekuatan ekonomi baru. Jokowi mendesak dibukanya reformasi arsitektur keuangan global untuk menghilangkan dominasi kepentingan negara atas warga negara lain.
Asia-Afrika harus bisa lepas dari ketergantungan pada institusi keuangan global. "Pandangan yang mengatakan persoalan ekonomi dunia hanya bisa diselesaikan oleh Bank Dunia, IMF (International Monetary Fund), dan ADB (Asian Development Bank) adalah pandangan usang yang perlu dibuang," kata Jokowi saat membuka Konferensi Asia-Afrika di Jakarta Convention Center di Senayan, Rabu, 22 April 2015.
Saat bertemu dengan Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim, 27 Agustus 2018, Jokowi mengatakan Indonesia mesti mengandalkan kemampuan sendiri agar aman dari dampak goyangnya ekonomi dunia. Ia menuturkan seorang Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim saja tidak memiliki saran untuk Indonesia.
Fadli Zon menegaskan penyelenggaraan pertemuan rutin IMF - World Bank tidak penting dan mubazir. "Yang jelas kita sudah atau akan keluarkan anggaran minimal satu triliun karena ada apbn Rp 850 miliar, serta ada dari Bank Indonesia dan instansi lain, jumlahnya mungkin di atas satu triliun," ujar Fadli.
Fadli berujar dana sebesar itu lebih baik bila dipergunakan untuk kepentingan lain, misalnya untuk para korban gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat. "Itu lebih lebih bermanfaat, lagipula acara itu hasilnya enggak akan ada apa-apa kecuali janji."
Sebelumnya, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menghitung dampak ekonomi langsung perhelatan Rapat Rutin IMF - World Bank bisa mencapai Rp 5,9 triliun sepanjang 2017 - 2018.
Simak berita tentang Fadli Zon hanya di Tempo.co
ALI HIDAYAT