TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, struktur manajemen baru PT Freeport Indonesia (PTFI) setelah pengalihan saham akan ditentukan bersama dengan Freeport McMoRan Inc (FCX).
Baca: Demo ke Jakarta, Eks Karyawan Freeport Nabung Rp 1000 Tiap Hari
"Nanti akan kami pilih bersama. Kami akan perhatikan yang terbaik, supaya jangan sampai terganggu karena banyak proses pengambilalihan itu yang begitu nggak mulus malah produksi turun," ujar Budi ditemui di Kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta, Jumat 28 September 2018.
Dia menuturkan ke depan pengelolaan manajemen PTFI akan didasarkan pada keputusan bersama antara Inalum dengan FCX. Meski Inalum memegang saham mayoritas PTFI sebesar 51,23%, pengambilan keputusan tidak mutlak dilakukan sepihak dan tetap akan melibatkan FCX.
"Sebenernya sudah jelas dari kepemilikan saham kami lebih, cuma dalam pengambilan keputusan kan kami ajak. Misal, seorang istri gaji lebih nggak boleh makan menunya ini. Milihnya bareng-bareng, nggak ada yang saya milih harus diterima," kata Budi.
Menurutnya, pengelolaan bersama penting dilakukan untuk memastikan pengoperasian tambang berjalan mulus. Sebab PTFI akan segera mengalihkan operasinya dari tambang terbuka (open pit) ke tambang bawah tanah yang lebih kompleks pengoperasiannya.
Diperkirakan dalam 2 tahun ke depan produksi PTFI akan jauh menurun karena cadangan di tambang terbuka akan habis.
Pada Kamis (28/9/2018) Inalum bersama FCX dan Rio Tinto, melakukan penandatanganan jual beli saham (sales and purchasing agreement) dan perjanjian pemegang saham PTFI.
Dengan penandatangan ini, jumlah saham PTFI yang dimiliki Inalum menjadi 51,23%, sementara Pemda Papua memperoleh 10% dari total saham.
Perubahan kepemilikan saham ini akan resmi terjadi setelah transaksi pembayaran senilai US$3,85 miliar kepada Freeport McMoRan Inc yang akan diselesaikan sebelum akhir 2018.