TEMPO.CO, Jakarta - CEO Freeport McMoRan Inc, Richard Adkerson mengatakan peralihan sebanyak 51,23 persen saham PT Freeport Indonesia kepada PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) merupakan win-win solution yang bisa dicapai oleh perusahaannya dengan pemerintah Indonesia. Menurut dia, peralihan ini menandakan berakhirnya negosiasi yang telah dilakukan keduanya dalam beberapa tahun terakhir.
Baca: Demo ke Jakarta, Eks Karyawan Freeport Nabung Rp 1000 Tiap Hari
"Ini baik karena kami sudah mengusahakannya dalam waktu yang lama, we are happy," kata dia di Ruang Sarulla, Gedung Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta Pusat, Kamis, 27 September 2018.
Peralihan saham dinyatakan sah setelah adanya penandatanganan Sales and Purchase Agreement (SPA) pada hari ini antara Inalum, Freeport McMoRan Inc, dan PT Rio Tinto Indonesia. Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama Inalum, Budi Gunadi dan CEO Freeport McMoRan Inc, Richard Adkerson. Tiga menteri hadir menyaksikan yaitu Menteri ESDM Ignasius Jonan, Menteri BUMN Rini Soemarno, dan Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Penandatangan SPA adalah tahap lanjutan dari perjanjian pendahuluan atau Head of Agreement (HoA) yang diteken Inalum dan Freeport McMoRan Inc pada 7 Juli 2018 lalu.
Pada saat penandatanganan HoA, semua pihak sepakat nilai saham divestasi PT Freeport Indonesia mencapai US$ 3,85 miliar. Nilai US$ 3,85 miliar yang telah disepakati terbagi atas US$ 3,5 miliar untuk hak partisipasi (participating interest/PI) Rio Tinto sebesar 40 persen saham di Freeport Indonesia dan US$ 350 juta untuk 5,6 persen saham (setelah terdilusi) PT Indocopper Investama, yang seluruh sahamnya dimiliki Freeport-McMoRan Inc.
Menurut Richard, pada perjanjian HoA, Freeport dan Pemerintah Indonesia baru sebatas menyepakati kerangka pikir bersama untuk tahap berikutnya yaitu SPA. Lalu dalam SPA ini, kedua pihak pun menyepakati perjanjian yang lebih detail dan Freeport pun setuju. "Kami menyepakati harga (nilai divestasi) dan dasar-dasar perjanjian divestasi" kata Richard.
Perjanjian ini, kata Richard, menjadi win-win solution lantaran seluruh pihak mendapatkan kepastian yang sama. Bagi pemerintah Indonesia, target untuk menguasai saham mayoritas bisa tercapai. Sementara bagi Freeport, perjanjian ini memberikan jaminan untuk keberlangsungan bisnis ke depannya. "Kami bermitra dengan Inalum, kami akan tetap beroperasi," kata dia.