TEMPO.CO, Jakarta - Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta memperkirakan kurs rupiah akan menguat terhadap dolar Amerika Serikat hari ini. Penguatan itu di antaranya karena dipicu oleh keputusan bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) pada Rabu lalu menaikkan suku bunganya 25 basis poin menjadi di kisaran 2-2,25 persen.
Baca: Investor Tunggu Keputusan The Fed, Rupiah Diprediksi Melemah
Nafan memprediksi rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.810 - Rp 15.060 per dolar AS. "Rupiah juga masih berpotensi terapresiasi terhadap dolar AS karena terlihat pola hangin man candle pada USDIDR daily chart," kata Nafan saat dihubungi, Kamis, 27 September 2018.
Menurut Nafan para pelaku pasar lebih menyoroti wacana Bank Indonesia yang akan menaikkan suku bunga acuan atau BI 7 Day Repo Rate, ketimbang kenaikan suku bunga acuan The Fed. Ia juga mengatakan pelaku pasar memprediksi BI akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps, dari 5,5 persen menjadi 5,75 persen.
"Kenaikan itu terjadi pasca kenaikan suku bunga The Fed sebesar 25 bps, dari 2 persen menjadi 2,25 persen," ujar Nafan. Apalagi, sebelumnya rupiah sempat menyentuh level Rp 15.000 kemudian pada akhirnya kembali terapresiasi ke level Rp 14.915 per dolar AS.
Wacana BI tersebut, kata Nafan, diyakini akan mengurangi dampak dari capital outflow. "Maka dari itu, hal tersebut memberikan sentimen positif pada penguatan IHSG dan rupiah pada hari ini," ucapnya.
Baca: Industri Kecil dan Menengah Ikut Terdampak Efek Pelemahan Rupiah
Dalam situs resmi Bank Indonesia, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau JISDOR mencatat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di angka Rp 14.938 pada Rabu, 26 September 2018. Angka tersebut menunjukkan pelemahan 45 poin dari nilai sebelumnya, yaitu Rp 14.893 pada penutupan Selasa, 25 September 2018. Sedangkan pada 26 September 2018, kurs jual US$ 1 terhadap rupiah, yaitu Rp 15.013 dan kurs beli Rp 14.863.