The Fed Naikkan Suku Bunga, Begini Reaksi Analis Pasar

Harga Minyak Terkerek Stimulus The Fed
Harga Minyak Terkerek Stimulus The Fed

TEMPO.CO, Jakarta - Bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin ke kisaran 2-2,25 persen. Hal ini sekaligus menandai rencana terus memperketat kebijakan moneter, di tengah optimisme atas perekonomian negara Abang Sam tersebut.

Baca: Suku Bunga The Fed Naik, BI Jamin Stabilitas Pasar Aman

Dalam sebuah pernyataan yang menandai berakhirnya era kebijakan moneter “akomodatif”, otoritas moneter AS tersebut masih memperkirakan kenaikan suku bunga lebih lanjut pada bulan Desember. "Tiga kali kenaikan pada tahun depan, dan satu kali pada 2020," seperti dikutip dari pernyataan, Rabu waktu setempat, 26 September 2018.

Langkah itu dapat menempatkan suku bunga acuan di 3,4 persen, kira-kira setengah poin persentase di atas perkiraan suku bunga netral The Fed. Suku bunga yang dimaksud tersebut adalah tingkat suku bunga tidak merangsang ataupun membatasi perekonomian.

Sikap kebijakan ketat itu diproyeksikan akan tetap sama hingga 2021, yang merupakan kerangka waktu proyeksi ekonomi terbaru The Fed. “Hal yang para pelaku pasar perhatikan adalah penghapusan kata 'akomodatif' sehubungan dengan kebijakan moneter mereka,” kata Michael Arone, kepala strategi investasi di State Street Global Advisors, seperti dilansir dari Reuters.

Arone juga menilai kebijakan The Fed malah memberi sinyal negatif ke perekonomian. “Tampaknya berpotensi mengindikasikan bahwa mereka yakin kebijakan moneter menjadi kurang akomodatif dan semakin mengarah ke tingkat netral.”

Gubernur The Fed Jerome Powell, menjelaskan, penghapusan kata 'akomodatif' itu telah menjadi pokok dari panduan bank sentral untuk pasar keuangan dan rumah tangga selama beberapa dekade terakhir. Hal tersebut tak lantas menandakan perubahan prospek kebijakan.

“Sebaliknya, itu adalah tanda bahwa kebijakan berjalan sesuai dengan harapan kami,” ujar Powell, yang mulai menjabat sebagai pimpinan The Fed awal tahun ini, dalam konferensi pers setelah rilis pernyataan itu.

Kurva imbal hasil obligasi AS merosot dan dolar AS secara singkat melemah terhadap sejumlah mata uang. Sementara itu, bursa saham AS yang awalnya memperpanjang kenaikan kemudian terpeleset dalam sesi perdagangan, seiring dengan pelemahan saham bank dan finansial.

Di sisi lain, The Fed melihat pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dari perkiraan sebesar 3,1 persen tahun ini dan terus berekspansi secara moderat untuk setidaknya tiga tahun lagi, di tengah rendahnya tingkat pengangguran dan inflasi yang stabil di kisaran target 2 persen. “Pasar tenaga kerja terus menguat...aktivitas ekonomi telah meningkat pada tingkat yang kuat," seperti dikutip dari pernyataan The Fed.

The Fed tidak memasukkan bahasa pengganti untuk kata-kata 'akomodatif' yang dikeluarkan dalam pernyataannya. Kata-kata itu telah menjadi kurang akurat sejak bank sentral ini mulai menaikkan suku bunga pada akhir 2015. Penghapusan kata itu mengindikasikan bahwa The Fed sekarang menganggap suku bunga mendekati netral.

Kenaikan suku bunga dalam pertemuan yang berakhir Rabu kemarin waktu setempat itu adalah yang ketiga kalinya sepanjang tahun ini dan yang ketujuh dalam delapan kuartal terakhir. 

Proyeksi terbaru The Fed menunjukkan ekonomi terus berlanjut dengan laju yang stabil hingga 2019. Pertumbuhan produk domestik bruto diperkirakan mencapai 2,5 persen tahun depan sebelum melambat menjadi 2 persen pada 2020 dan menjadi 1,8 persen pada 2021, karena dampak pemotongan pajak baru-baru ini dan pengeluaran pemerintah memudar.

Baca: The Fed Naikkan Suku Bunga Acuan, Dolar Bergerak Melemah

The Fed memperkirakan tingkat inflasi berada di kisaran 2 persen selama tiga tahun ke depan, sedangkan tingkat pengangguran diperkirakan turun menjadi 3,5 persen tahun depan dan bertahan hingga 2020 sebelum sedikit naik pada 2021. Tingkat pengangguran saat ini mencapai 3,9 persen.

BISNIS




Berita Selanjutnya





BI Proyeksi Inflasi IHK Turun ke 3,5 Persen Setelah September

1 hari lalu

Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia saat menjadi pembicara kunci dalam diskusi bertajuk
BI Proyeksi Inflasi IHK Turun ke 3,5 Persen Setelah September

BI memproyeksikan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) akan turun ke level di bawah 4 persen setelah bulan September.


Lanjutkan Tren Kenaikan, Harga Emas Antam di Level Rp 1.096.000 per Gram

6 hari lalu

Petugas menunjukkan logam mulia ukuran 25 gram di Butik Emas, Jakatarta, 20 Maret 2018. Harga emas yang dijual oleh PT Aneka Tambang (Antam) hari ini naik sebesar Rp2.000 per gram. Tercatat harga emas Antam 1 gram dijual Rp650 ribu per gram. TEMPO/Tony Hartawan
Lanjutkan Tren Kenaikan, Harga Emas Antam di Level Rp 1.096.000 per Gram

Dalam perdagangan hari ini, Jumat, 24 Maret 2023, harga emas Antam berada di level Rp. 1.096.000 per gram.


Harga Minyak Diprediksi Menguat hingga US$ 73,84 per Barel, Didorong Peningkatan Permintaan dari China

6 hari lalu

Ilustrasi kilang minyak dunia. REUTERS/Shannon Stapleton
Harga Minyak Diprediksi Menguat hingga US$ 73,84 per Barel, Didorong Peningkatan Permintaan dari China

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memperkirakan harga minyak dunia menguat di rentang US$ 66,69 hingga US$ 73,84 per barel.


Harga Emas Dunia Diprediksi Menguat, Begini Kata Analis

6 hari lalu

Ilustrasi Emas Batangan. TEMPO/Tony Hartawan
Harga Emas Dunia Diprediksi Menguat, Begini Kata Analis

PT Laba Forexindo Berjangka memprediksi harga emas menguat di rentang US$ 1.926,10 hingga US$ 2.013,20 per troy ounce hari ini.


Inflasi Inggris Naik Tak Terduga, Bank of England Bakal Naikkan Suku Bunga?

7 hari lalu

Bank of England. AP/Matt Dunham
Inflasi Inggris Naik Tak Terduga, Bank of England Bakal Naikkan Suku Bunga?

Inflasi Inggris naik tidak terduga menjadi 10,4 persen pada Februari. Ini kemungkinan akan mendorong Bank of England atau BoE untuk menaikkan suku bunga pada hari ini.


Naik Rp 13 Ribu, Harga Emas Antam Hari Ini Rp 1.084.000 per Gram

7 hari lalu

Petugas menunjukkan logam mulia ukuran 25 gram di Butik Emas, Jakatarta, 20 Maret 2018. Harga emas yang dijual oleh PT Aneka Tambang (Antam) hari ini naik sebesar Rp2.000 per gram. Tercatat harga emas Antam 1 gram dijual Rp650 ribu per gram. TEMPO/Tony Hartawan
Naik Rp 13 Ribu, Harga Emas Antam Hari Ini Rp 1.084.000 per Gram

Harga emas Antam naik Rp 13 ribu menjadi Rp 1.084.000 per gram dalam perdagangan hari ini, Kamis, 23 Maret 2023.


Harga Minyak Dunia Diprediksi Melemah, Begini Kata Analis

7 hari lalu

Ilustrasi kilang minyak dunia. REUTERS/Chen Aizhu
Harga Minyak Dunia Diprediksi Melemah, Begini Kata Analis

PT Laba Forexindo Berjangka memprediksi harga minyak dunia melemah di rentang US$ 63,29 hingga US$ 71,48 per barel dalam perdagangan hari ini.


Analis Prediksi Harga Emas Melemah, Ini Penyebabnya

7 hari lalu

Ilustrasi Emas Batangan. TEMPO/Tony Hartawan
Analis Prediksi Harga Emas Melemah, Ini Penyebabnya

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memperkirakan harga emas dunia melemah di rentang US$ 1.903,10 hingga US$ 1.974,10 per troyounce dalam perdagangan hari ini, Kamis, 23 Maret 2023.


Turun Rp 10 Ribu, Harga Emas Antam Rp 1.074.000 per Gram

8 hari lalu

Pedagang menata emas Antam di Jakarta, Rabu, 17 Februari 2021. Presentase penurunan harga emas Antam 1,4 persen membuat harga emas kini menjadi Rp922 ribu per gram. ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Turun Rp 10 Ribu, Harga Emas Antam Rp 1.074.000 per Gram

Penurunan harga emas Antam sejalan dengan melemahnya harga emas dunia.


Harga Emas Dunia Diprediksi Melemah, Begini Kata Analis

8 hari lalu

Ilustrasi emas batangan. Sumber: Global Look Press / rt.com
Harga Emas Dunia Diprediksi Melemah, Begini Kata Analis

Senin, 20 Maret 2023, harga emas sempat melewati level US$2.000 per troy ounce untuk pertama kali dalam setahun.