TEMPO.CO, Semarang - Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 2, Sandiaga Uno mengatakan Indonesia sedang dilanda turbulensi ekonomi. Menurutnya, hal yang dibutuhkan adalah pilot atau nakhoda yang bisa menghasilkan kebijakan berpihak pada rakyat.
Baca juga: Sandiaga Soroti Utang BPJS Kesehatan Rp 300 M ke RS Muhammadiyah
"Kebijakan yang bukan berpihak pada kepentingan yang tidak nasional. Kami siap menghadapi turbulensi ekonomi di Indonesia," ujar Sandi dalam pertemuannya bersama pada kader Partai Amanat Nasional (PAN) Jateng di Unit Training Center (UTC) Jalan Kelud Raya Semarang, Senin 25 September 2018.
Sandi mengatakan, di Jawa Tengah ada 800 ribu pengangguran yang didominasi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Dalam kunjungannya di beberapa titik Kota Semarang, ia menemukan ada satu sel yang tidak terkena dampak turbulensi ekonomi yakni pada sektor UMKM.
"Saya saat berada di Pasar Peterongan menemukan inovasi tempe saset, setelah saya menemukan tempe setipis kartu ATM. Emangnya cuma sampo aja yang sasetan. Dan produk itu adalah bukti UMKM tahan menghadapi turbulensi ekonomi," ujar Sandi.
Sandi mengatakan, dalam sistem perekonomian yang sedang berjalan ini, membuat orang kaya semakin kaya, sementara rakyat miskin semakin sengsara. Ia menjanjikan akan membuka lapangan kerja, menstabilkan ekonomi, serta membentuk iklim demokrasi yang sejuk. Jika ekonomi stabil, maka harga kebutuhan pokok bisa stabil.
"Termasuk saya tadi ke Desa Wisata Kandri, ada warga yang titip pesan untuk menumbuhkan ekonomi wisata. Saya ingin meyakinkan pada masyarakat kecil, kaum milenial, jangan sampai masa depan bangsa ini tidak bisa dikendalikan para putra penerus bangsa," kata dia.
Sandi dalam pidato di hadapan kader PAN sempat menjelaskan makna angka 2 yang kini menjadi nomor urutnya bersama Prabowo dalam Pilpres 2019. Selain menjadi simbol perdamaian, angka 2 juga sebagai Prabowo-Sandi.
"Dua itu adalah Prabowo-Sandi. victory atau perdamaian. 12 angka urut PAN. Kalau digabungkan bisa jadi 212. Ini adalah kode keras dari langit," kata Sandiaga.