TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso berbicara panjang lebar di depan para pengusaha Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) soal polemik impor beras yang terjadi beberapa hari terakhir ini. Budi miris melihat Indonesia sebagai negara agraris masih harus mengimpor komoditas pangan seperti beras.
Baca juga: Budi Waseso Curhat di Diskusi Kadin Enggartiasto Lukita Absen
"Bagaimana caranya bisa tidur nyaman dengan pangan impor seperti itu," ujar Buwas dalam acara Roundtable Ketahanan Pangan Nasional di Menara Kadin, Jakarta Selatan, Senin, 24 September 2018.
Dalam acara ini, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita juga diundang. Namun dia tidak bisa hadir. Enggartiasto diwakilkan Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kemendag, Kasan Muhri.
Menurut Buwas, saat dilantik sebagai Dirut Perum Bulog, Presiden Joko Widodo pernah berpesan kepadanya. "Pak Buwas, bisa gak cadangan beras pemerintah tidak impor?" kata Budi menirukan ucapan Jokowi. Saat itu, Budi berjanji menyanggupinya. "Ini tantangan buat saya," kata
Pekan lalu, polemik soal impor beras muncul antara Budi dan Enggar. Budi mengatakan stok beras cukup sampai Juli 2019 sehingga tak perlu lagi impor beras. Menanggapi hal itu, Enggar mengatakan bahwa pemerintah telah memutuskan bersama kuota impor tahun ini mencapai 2 juta ton tahun ini dan persoalan gudang tidak menjadi urusannya.
Budi balik menimpali pernyataan Enggar bahwa persoalan penyimpanan beras ini harus menjadi urusan bersama sebagai sesama lembaga pemerintah. Kalau pun tetap dilakukan impor tambahan hingga akhir tahun, Budi meminta beras-beras itu disimpan saja di kantor Kementerian Perdagangan.
Akibat polemik tersebut, Istana turun tangan dan meminta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengajak keduanya duduk bersama. Kepala Staf Presiden Moeldoko mengatakan kisruh ini terjadi akibat masalah komunikasi antara keduanya. "Enggar boleh begitu, semua harus terkoordinasi dengan baik," kata dia, Kamis, 20 September 2018.
Di hadapan para pengusaha Budi menegaskan bahwa dia tidak memiliki kepentingan apa-apa di Bulog. Sejak awal, Budi merasa dicetak sebagai abdi negara dan bekerja 34 tahun di kepolisian. "Saya hanya ingin bermanfaat pada kepentingan bangsa dan negara, karena yang menjadikan saya bia jadi Dirut Bulog ini ya petani juga," ujarnya.
Budi Waseso mengatakan sangat minim pengetahuan soal pertanian, perdagangan, dan ekonomi. "Zero lah saya," kata dia. "Akan tetapi, kalau soal pengabdian dan integritas, mungkin tidak bisa dilawan." Untuk itu, dia berharap semua pihak bersinergi dengan baik dalam menciptakan ketahanan pangan nasional.
FRISKI RIANA