TEMPO.CO, Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin pagi ini, 24 September 2018, dibuka melemah 3,57 poin atau 0,06 persen menjadi 5.954,17. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 1,31 poin atau 0,14 persen menjadi 942,10.
Baca: Krisis Argentina Bakal Jadi Sentimen Negatif bagi IHSG
Pada akhir pekan lalu IHSG ditutup menguat 26,47 poin karena didorong sentimen positif dalam negeri. Saat itu IHSG ditutup di level 5.957,74. Sedangkan kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak naik 4,79 poin atau 0,51 persen menjadi 943,42.
Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan investor mempertahankan posisinya dengan kembali melakukan aksi beli dipicu sentimen dari dalam negeri yang positif. Investor mempertahankan posisinya dengan kembali melakukan aksi beli dipicu sentimen dari dalam negeri yang positif. "Bertahannya aksi beli mendorong IHSG lebih tinggi. Investor asing juga membukukan beli bersih," kata, Jumat, 21 September 2018.
Pada akhir pekan lalu investor asing membukukan beli bersih atau foreign net buy sebesar Rp1,1 triliun. Sementara itu tercatat, frekuensi perdagangan saham saat itu sebanyak 381.612 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 12,04 miliar lembar saham senilai Rp10,91 triliun. Sebanyak 197 saham naik, 187 saham menurun, dan 116 saham tidak bergerak nilainya.
Sebelumnya Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi optimistis IHSG bakal kembali menembus level 6.000 pada akhir tahun 2018. Syaratnya, kondisi global tidak bergejolak luar biasa.
"Sepanjang di luar enggak bergejolak luar biasa, tekanan kepada pasar tidak terlalu besar lagi, insyaAllah di akhir tahun tembus 6.000 lebih," ujar Inarno di kawasan Sudirman Central Business District, Jakarta, Ahad, 23 September 2018.
Baca: IHSG Menguat Didorong Sentimen Positif Dalam Negeri Hari Ini
Inarno tidak mau menyatakan berapa level IHSG yang ia targetkan itu. Ia hanya berharap kondisi pasar lebih stabil ketimbang sebelumnya. "Namun, untuk eksternal kami masih sulit memprediksi karena perang dagang AS - Tiongkok juga masih belum mereda. Kalau enggak ada itu, kami optimistis," tuturnya.
ANTARA | CAESAR AKBAR