TEMPO.CO, JAKARTA – Kehadiran investor baru akan menjadi angin segar bagi PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Setelah bergelut dengan persoalan permodalan dalam tiga tahun terakhir, bank syariah pertama di Indonesia ini membutuhkan suntikan modal untuk memperbaiki likuiditasnya.
Simak: Yusuf Mansur Blak-blakan Soal Kerja Samanya dengan Bank Muamalat
Sampai akhir tahun lalu, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) Muamalat sebesar 13,62 persen, naik dari 2016 yang sebesar 12,75 persen. Posisi CAR membaik pada kuartal III 2018 menjadi 15,92 persen.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berharap Muamalat dapat segera mendapatkan investor baru. “Ini ibaratnya mencari jodoh tidak bisa terburu-buru,” kata Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik OJK, Anto Prabowo, kepada Tempo, Kamis 20 September 2018. Menurut dia, penentuan investor tidak bisa cepat karena harus ada proses penilaian.
Anggota Komisi Keuangan DPR, Hendrawan Supratikno, mengatakan lembaganya terus melakukan diskusi internal dan ikut memantau proses yang sedang berlangsung. Termasuk, perihal nama-nama calon investor yang muncul beberapa waktu terakhir. “Memang belum secara khusus dibahas dengan OJK, namun secara terbatas sudah menjadi bahan diskusi anggota. Pada saatnya nanti akan dibahas tuntas,” ujar dia.
Hendrawan mengiyakan calon investor yang berminat masuk menjadi pemodal Muamalat adalah konsorsium Ilham Habibie dan Dato Sri Tahir. “Yang disebut-sebut ada tiga. Nah, yang satu lagi masih ditunggu keseriusannya,” ucap dia. Namun dia enggan menyebutkan lebih rinci informasi tentang calon-calon investor yang dimaksud.
Direktur Utama Bank Muamalat Achmad K. Permana sebelumnya menyatakan optimistis kinerja positif Muamalat akan terus berlanjut dan berkembang. “Alhamdulillah pada kuartal II tahun ini Muamalat mendapatkan pencapaian kinerja yang positif. Kami akan terus berupaya untuk mempertahankan dan meningkatkannya, sehingga ekspansi bisnis dapat terus tumbuh,” ujar dia.
Hingga akhir semester 1 2018, Muamalat mencatat peningkatan laba bersih hingga 246,26 persen secara tahunan menjadi Rp 103,74 miliar dari periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 29,96 miliar. Capaian itu merupakan yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir.
Permana mengatakan kinerja bank beberapa waktu terakhir belum dapat optimal sepenuhnya karena masih dalam proses persiapan menerima kehadiran investor baru serta restrukturisasi. Muamalat akan menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa pada pertengahan Oktober mendatang. Salah satu agendanya adalah pembahasan kelanjutan rencana penambahan modal melalui skema hak memesan efek terlebih dulu atau rights issue.
Dana hasil rights issue akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan. Rencana lainnya adalah mendorong pengembangan kegiatan pembiayaan dan mendukung pertumbuhan bisnis Bank Muamalat.