TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Inarno Djajadi menanggapi kondisi Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG yang sempat melemah dua hari berturut-turut pada Senin-Selasa, 17-18 September 2018. Menurut dia, pelemahan IHSG dua hari berturut-turut tersebut merupakan respon pasar terhadap rilis Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyatakan neraca perdagangan yang masih defisit pada Agustus 2018.
Baca juga: Krisis Argentina Bakal Jadi Sentimen Negatif bagi IHSG
"Itu kan syok saja karena neraca perdagangan defisit. Hari berikutnya sudah rebound lagi karena orang menyadari defisitnya semakin kecil," kata Inarno ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia, Sudirman, Jakarta Selatan, Rabu, 19 September 2018.
Adapun merujuk data RTI, pada Senin, 17 September 2018 kemarin IHSG sempat ditutup melemah sebesar 1,80 persen ke level 5824,257. Sedangkan, pada Selasa, 18 September 2018, IHSG juga masih melemah sebesar 0,21 persen ke level 5811,790. Sedangkan pada penutupan sesi pertama perdagangan Rabu, 19 September 2018, IHSG tercatat mengalami rebound 1,06 persen ke level 5873,204.
Sedangkan berdasarkan BPS, neraca perdagangan pada Agustus 2018, masih mengalami defisit sebesar US$ 1,02 miliar. Meski ekspor masih tumbuh, pertumbuhan ekspor masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan impor. Tercatat ekspor pada Agustus 2018 mencapai US$ 15,82 miliar atau tumbuh 4,15% (yoy), sedangkan impor tercatat tumbuh 24,65% (yoy) atau sebesar US$16,84 miliar.
Inarno melanjutkan, meski sempat terjadi syok. Ia yakin pasar masih akan melaju positif. Sebab, meski neraca defisit, defisit tersebut terus mengecil jika dibandingkan pada Juli 2018.
Inarno juga menyampaikan bahwa ekspektasi pasar ke depan juga masih di level yang positif. Karena itu, ke depan ia berharap IHSG masih bisa melanjutkan laju positifnya.
"Tapi next month lebih bagus. Mungkin positif, kami ekspektasi seperti itulah. (Pelemahan kemarin) biasalah market react terhadap result, tapi sementara kok," kata Bos BEI ini.