TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan kebijakan Fiskal Suahasil Nazara mengestimasi pertumbuhan impor hingga akhir tahun ini mencapai 11 persen.
Simak: Kemenkeu Targetkan Impor Tahun Depan Impor Ditekan 7,1 Persen
Angka tersebut, menurut Suahasil, bakal turun di tahun depan, menyusul terus melemahnya nilai tukar rupiah. "Kalau rupiah melemah pertumbuhan impor positif tetapi menurun," ujar dia di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa, 18 September 2018.
Berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, kurs menyentuh level Rp 14.908 per dolar AS pada Selasa. Angka tersebut menunjukkan nilai tukar rupiah mengalami pelemahan sebanyak 49 poin ketimbang Senin, 17 September 2018, yakni Rp 14.859 per dolar AS.
Apabila ditinjau sejak awal tahun, kata Suahasil, nilai tukar tercatat melemah sekitar 8-9 persen. "Defisit sudah lebih kecil, kita melihat mungkin ada penguatan tekanan mengecil, tapi tidak signifikan mengecil," ujar dia.
Turunnya impor diprediksi bisa mengurangi defisit neraca perdagangan ke depannya. BPS sebelumnya menyatakan bahwa neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2018 mengalami defisit US$ 1,02 miliar.
"Defisit bulan ini lebih kecil jika dibandingkan bulan lalu yakni sebesar US$ 2,01 miliar. Lebih kecil setengahnya," kata Kepala BPS Suhariyanto saat menyampaikan Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia Juli 2018.
Defisit neraca perdagangan tersebut dipicu oleh defisit sektor migas US$ 1,66 miliar, sementara sektor nonmigas surplus US$ 0,64 miliar. Adapun nilai ekspor Indonesia pada Agustus 2018 mencapai US$ 15,82 miliar atau turun 2,9 persen dibandingkan ekspor Juli 2018. Sedangkan dibandingkan Agustus 2017 angkanya meningkat 4,15 persen.
Suhariyanto menyampaikan bahwa nilai impor Indonesia pada Agustus 2018 mencapai US$ 16,84 miliar. Angka itu atau turun US$ 1,457 miliar atau 7,97 persen dibandingkan Juli 2018
Selain karena dampak nilai tukar, pemerintah juga telah melakukan sejumlah langkah untuk mengendalikan impor. Langkah itu antara lain pemberlakuan biodiesel B20, penambahan tarif pajak penghasilan impor untuk 1.147 barang impor konsumsi, hingga peninjauan kembali proyek-proyek infrastruktur.
"Harapannya defisit neraca berjalan tidak terlalu besar," ujar Suahasil.