TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG setempat menemukan 157 titik panas melalui sensor modis satelit yang mengindikasikan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di daratan Sumatera. "Kalau di Aceh nihil titik panas, tapi sejumlah provinsi di Sumatera hari ini terdapat 157 titik," ucap Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Blang Bintang, Zakaria Ahmad di Aceh Besar, Sabtu, 15 September 2018.
Baca: BMKG Deteksi 8 Titik Panas Karhutla di Riau, Ini Rinciannya
Zakaria menjelaskan, hasil pantauan sensor modis menyebutkan ada 60 titik panas di antaranya sebagai titik api akibat memiliki tingkat kepercayaan lebih dari 81 persen untuk setiap titiknya. Lalu 36 titik panas di antaranya patut diduga sebagai titik api akibat tingkat kepercayaan di atas 71 persen, dan 37 titik mengkhawatirkan karena tingkat kepercayaannya 61 persen.
"Untuk titik api, dan diduga titik api mayoritas di Sumatera Selatan. Diikuti Lampung, Bangka Belitung, dan Riau," kata Zakaria. Sisanya, 24 titik panas di antaranya lagi masuk dalam kategori aman karena tingkat kepercayaan 51 persen. "Selain di empat provinsi, titik panas hari ini terdapat di Jambi, dan Sumatera Barat dalam jumlah yang sedikit."
Pemerintah tahun ini berupaya mengawal ketat wilayah rawan kebakaran hutan dan lahan. Terkait hal itu, pemerintah mengklaim telah menurunkan jumlah titik api hingga 96,5 persen di seluruh Indonesia dalam periode 2015-2017.
"Berdasarkan data hasil pantauan satelit milik NOAA, jumlah titik api di 2015 mencapai 21.929, sedangkan di 2016 menurun menjadi 3.915. Pada 2017, jumlah titik api kembali menurun menjadi 2.257," kata Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau KLHK, Raffles B Panjaitan.
KLHK mencatat luas area karhutla di 2015 mencapai 2.611.411 hektare (ha). Angka ini menurun menjadi 438.360 ha di 2016, lalu turun lagi menjadi 165.464 ha di 2017.
Baca: Hotspot Kebakaran Hutan Sepanjang Tahun Turun 33,17 Persen
Sejak 2016, kata Raffles, perusahaan tidak berani lagi melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar. Oleh karena itu jumlah titik panas pun berkurang. "Kalau pun ada yang terbakar, itu hanya spot-spot kecil saja karena kelalaian," ujarnya.
BISNIS