TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan menyebutkan sebagian besar perusahaan asuransi jiwa telah memenuhi ketentuan penempatan 30% dana investasi pada surat berharga negara atau SBN.
Baca juga: Asuransi atau Investasi? Yang Mana Pilihan Milenial?
Direktur Pengawas Asuransi Otoritas Jasa Keuangan Ahmad Nasrullah mengatakan, selain SBN, ada instrumen lain yang bisa digunakan sebagai basis pemenuhan ketentuan.
"Sejauh ini sebagian besar sudah memenuhi," kata Nasrullah kepada Bisnis.com, Kamis 13 September 2018.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 56/2017 mewajibkan industri asuransi jiwa menempatkan 30% dana investasinya pada SBN. Namun demikian, hingga Semester I/2018 ketentuan tersebut belum terpenuhi. Berdasarkan paparan kinerja Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia, total penempatan SBN industri baru mencapai 13,8%.
Adapun portofolio lainnya terdiri atas 33,3% reksa dana, 31,6% saham, 10,6% deposito, 6,9% di sukuk koperasi, 1,7% penyertaan langsung, 1,4% properti, dan 1% lain-lain.
Meski enggan menyebut jumlah perusahaan yang belum memenuhi ketentuan tersebut, Nasrullah mengatakan otoritas telah meminta perusahaan bersangkutan untuk menyusun rencana kerja pemenuhan ketentuan.
"Bagi yang belum memenuhi kami telah meminta action plan pemenuhan ketentuan," lanjutnya.
Sebelumnya, Mantan Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Hendrisman Rahim menuturkan, porsi 13,8% SBN pada industri asuransi jiwa per Semester I/2018 tersebut sudah mencakup instrumen-instrumen lain yang dapat digunakan sebagai pemenuhan ketentuan.
Berdasarkan beleid di atas, sejumlah instrumen tersebut antara lain obligasi dan/atau sukuk yang diterbitkan BUMN, efek beragun aset atau EBA, reksa dana penyertaan terbatas, dan instrumen investasi lain yang penggunaan dananya untuk pembiayaan proyek infrastruktur.