TEMPO.CO, Jakarta - Nama Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk. Pahala Nugraha Mansury santer disebut akan dicopot dari posisinya saat ini. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki wewenang terkait keputusan ini dalam Rapat Umum Pemegang Sama Luar Biasa atau RUPSLB, Rabu besok, 12 September 2018.
Baca: Pahala Nugraha Siap Dicopot Sebagai Dirut Garuda
Meski begitu, Pahala telah siap dengan segala keputusan Kementerian BUMN nantinya. "Kalau sudah ditugaskan harus siap misalnya diganti," kata Pahala di Garuda City Center, Cengkareng, Senin, 10 September 2018.
Dalam perjalanan selama ini, pergantian posisi dirut Garuda kerap identik dengan masalah kerugian. Setiap tahunnya, Garuda memang lebih sering mencatatkan kerugian meski beberapa kali berbalik dan meraup laba. Berikut kondisi keuangan Garuda dalam masa kepemimpinan tiga dirut terakhir:
1. Masa Emirsyah Satar (21 Maret 2005 - 12 Desember 2014)
Di sepanjang tahun 2005, Garuda sebenarnya masih mencatatkan kerugian sekitar US$ 70,2 juta, namun jumlahnya menurun dibandingkan kerugian tahun 2004 yang mencapai US$ 82,7 juta. Lalu di ujung masa jabatannya sebelum mengundurkan diri, Emirsyah membawa Garuda Indonesia mencatatkan kerugian semakin dalam sebesar US$ 338,4 juta sepanjang tahun 2014.
Kerugian ini cukup besar lantaran sepanjang tahun 2013, Garuda Indonesia masih mencatatkan laba sebesar US$ 11,2 juta. Harga bahan bakar dan nilai tukar rupiah pun disebut sebagai penyebab seluruh kerugian ini