TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan dan institusi pemerintah Indonesia - Korea Selatan menandatangani 15 nota kesepahaman investasi. Kerja sama ini meliputi sektor energi, properti, mesin, teknologi, dan kosmetika. Total komitmen investasi yang bersifat business to business (B-to-B) dari hasil MoU tersebut mencapai US$ 5,76 miliar.
Baca: Jokowi Undang Investor Korsel Bawa Teknologi 4.0 ke RI
Ketua Kamar Dagang dan Industri Rosan Roeslani mengatakan banyak potensi perdagangan dan investasi antara RI-Korsel yang perlu digali. "Kami sangat terbuka akan investasi yang masuk ke Indonesia," ujar Rosan dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Selasa, 11 September 2018.
Kesepakatan yang terjadi di sektor industri terjalin salah satunya antara Hyundai Engineering yang bermitra dengan PT Sulfindo Adiusaha untuk pengembangan pabrik kimia yang akan menghasilkan produk vinyl chloride monomer (VCM) dan poly vinyl chloride (PVC) di Merak, Banten dengan nilai investasi sebesar US$ 200 juta. Kemudian, pengembangan pabrik mesin diesel senilai US$ 185 juta yang dilakukan oleh Doosan Infracore dengan PT Boma Bisma Indra (Persero) dan PT Equiti Manajemen Teknologi.
Selanjutnya, SD Biotechnologies menjalin kerja sama dengan PT Orion Pratama Sentosa untuk membangun industri kosmetika di Karawang, Jawa Barat senilai US$ 20 juta, serta terjalin pula kemitraan strategis di bidang pengembangan pusat teknologi alat-alat permesinan di Bandung, Jawa Barat yang merupakan kolaborasi Korea Institute for Advancement of Technology dan Kementerian Perindustrian.
Menurut Rosan, kali ini ia mengajak rombongan terbesar, yaitu 104 pengusaha, ikut dalam Indonesia-Korea Business and Investment Forum 2018. "Ini sebagai tanda membaiknya hubungan dagang dan investasi Indonesia dengan Korea Selatan yang sangat baik," ujar Rosan.
Sementara itu, Ketua Kamar Dagang dan Industri Korsel (KCCI) Park Yong-man berharap forum ini dapat memuluskan jalan bagi perusahaan-perusahaan Korsel untuk berinvestasi dalam proyek-proyek inovatif di Indonesia. Khususnya dalam pengembangan industri ke depan melalui peta jalan Making Indonesia 4.0.
"Jadi, ada rencana yang komprehensif bagi pengembangan industri berteknologi tinggi, mencakup teknologi digital, serta bio and hardware automation. Sebagaimana perusahaan Korea sangat tertarik dan memiliki pengalaman terbaik di bidang ini, kami berharap kedua belah pihak dapat meningkatkan kolaborasi di masa depan," ujar Park.
Selain Rosan, penandatanganan nota kesepahaman investasi itu juga disaksikan oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Lembong, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi sebelumnya menyebutkan, perusahaan Korea Selatan seperti Samsung dan LG punya peran penting dalam mengembangkan sektor tersebut ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. "Saya mengajak sektor bisnis Korea Selatan untuk melakukannya lagi, membawa perkembangan teknologi terbaru ke Indonesia, kali ini teknologi 4.0," kata Jokowi, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Senin, 10 September 2018.
Baca: Ini Alasan Fitch Rating Pertahankan Rating Utang RI
Pernyataan tersebut disampaikan Jokowi dalam acara Forum Bisnis dan Investasi Indonesia-Korea 2018 yang digelar di Hotel Lotte, Seoul. Dalam pertemuan itu Presiden Jokowi juga menyampaikan salah satu program pemerintah "Making Indonesia 4.0" yang secara resmi telah diluncurkan pada 4 April 2018 lalu. Melalui program ini, Indonesia akan bergerak cepat dalam merangkul teknologi revolusi industri 4.0.