TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto berujar investor Korea Selatan tertarik melanjutkan investasinya di Indonesia. Di antara investor tersebut adalah empat pelaku industri yang ditemuinya saat bertandang ke Korea Selatan.
Baca juga: Presiden Jokowi Sebut Korea Selatan Sahabat Lama Indonesia
Baca Juga:
"Semuanya memastikan komitmen mereka untuk tetap invetasi di Indonesia,” ujar Airlangga dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Senin, 10 September 2018. Keempat pelaku industri dari Negeri Ginseng tersebut adalah Chairman Cheil Jedang (CJ) Group Lee Jae-hyun, Vice Chairman Lotte Group Hwang Kag-gyu, CEO Posco Oh-Joon Kwon, dan Vice Chairman Hyundai Group Chung Ei-sun.
Airlangga bersama dengan Presiden Joko Widodo menemui empat pelaku industri Korea Selatan itu pada pagi hari tadi. Dalam pertemuan itu, ujar dia, mereka membicarakan soal peningkatan investasi dan dan perkembangan investasi yang sedang berjalan.
Ketua Umum Partai Golkar itu mengatakan investasi itu misalnya CJ Group yang sudah memiliki pabrik di Pasuruan dan Jombang, Jawa Timur. Sepanjang tahun 2011-2015, produsen monosodium glutamate (MSG), lysine, hingga pakan ternak itu telah menanamkan investasinya mencapai US$ 500 juta.
Kemudian, Lotte Group sedang membangun pabrik petrokimia dengan nilai investasi sebesar USD4 miliar di Cilegon, Banten. Perusahaan ini akan memproduksi naphtha cracker dengan total kapasitas sebanyak dua juta ton per tahun.
“Bahan baku kimia tersebut diperlukan untuk menghasilkan ethylene, propylene dan produk turunan lain, sehingga nantinya kita tidak perlu lagi impor,” kata Airlangga. Rencananya, proyek ini akan membuka lapangan pekerjaan sebanyak 9 ribu orang.
“Untuk Hyundai mereka sudah menandatangani MoU mengenai rencana investasinya,” lanjut Airlangga. Sementara Posco melanjutkan percepatan pembangunan proyek klaster 10 juta ton baja di Cilegon yang diperkirakan tercapai pada tahun 2025.
Industri otomotif dan kimia, kata Airlangga, merupakan sektor yang tengah dipacu pengembangannya sesuai implementasi Making Indonesia 4.0. Oleh karena itu, guna menarik investasi, Pemerintah Indonesia bertekad menciptakan iklim bisnis yang kondusif serta memberi kemudahan dalam perizinan usaha.
Airlangga berharap penguatan kemitraan pengusaha RI-Korsel, mendukung pertumbuhan ekonomi yang saling menguntungkan bagi kedua negara. Saat ini, Korsel menempati negara ketiga terbesar yang menanamkan modalnya di Indonesia, melalui berbagai investasi di sektor industri dasar seperti baja dan petrokimia. Perusahaan-perusahaan Korsel di Indonesia telah menyerap sebanyak 900 ribu tenaga kerja.
Menurut Airlangga, potensi perdagangan antar dua negara itu sangat besar. Tahun 2017, neraca perdagangan RI-Korea selatan mengalami surplus sebesar US$ 78 juta dari total nilai perdagangan yang mencapai US$ 17 miliar. Nilai perdagangan itu diproyeksi semakin meningkat dengan target sebesar US$ 30 miliar pada tahun 2022.