TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani menjawab pertanyaan anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat Nurhayati Ali Assegaf soal pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Nurhayati menanyakan pelemahan rupiah sekitar Rp 100 tiap satu dolar AS terhadap penerimaan negara.
Baca juga: Naikkan 1.147 Pajak Barang Impor, Sri Mulyani: Situasi Tak Biasa
Penerimaan negara tadi apakah berkenaan dengan melemahnya rupiah? Karena kan drastis. Bu menteri mengatakan 100 rupiah akan menambah penerimaan?," kata Nurhayati di Gedung DPR, Senin, 10 September 2018.
Sri Mulyani mengatakan dari sisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 pendapatan naik Rp 4,7 triliun dengan depresiasi, tapi belanja kita naik Rp 3,1 triliun.
"Jadi sebetulnya kami tidak menggunakan untung atau rugi. Karena ini yang sering dipelintir. Karena mengelola APBN itu kami tidak mengelola untung dan rugi. Kami mengelola ekonomi Indonesia menggunakan instrumen APBN," kata Sri Mulyani di lokasi yang sama.
Sri Mulyani mengatakan kalau APBN sehat, perintah bisa menggunakan lebih banyak instrumen itu untuk menjaga ekonomi lebih baik lagi. Menurut Sri Mulyani, hal itu sesuai dengan fungsi APBN secara fiskal sebagai stabilisasi alokasi dan distribusi.
"Jadi pertanyaan ibu Nur, kami sampaikan dengan postur APBN 2018, Rp 100 dari pelemahan terhadap dolar, mempengaruhi, kenaikan penerimaan kita sebesar Rp 4,7 triliun dan belanja juga naik Rp 3,1 triliun, tapi kenaikan penerimaan lebih tinggi dari belanja, sehingga total balance-nya adalah positif Rp 1,6 triliun per Rp 100," kata Sri Mulyani.
Lebih lanjut Sri Mulyani mengatakan realisasi penerimaan sampai 31 Agustus, pertumbuhan penerimaan negara dengan situasi global yang dinamis, masih menunjukkan kenaikan sangat solid sebesar 18,4 persen dengan pertumbuhan perpajakan 16,5 persen.
"Ini pertumbuhan yang sangat tinggi. Dibandingkan tahun lalu, tax growth kita untuk posisi Agustus hanya tumbuh 9,5 persen sekarang kita tumbuh 16,5 persen. Jadi suatu kenaikan yang sangat tinggi," kata Sri Mulyani. "Sehingga kami sampaikan apbn kita dalam situasi sekarang cukup baik".
Sri Mulyani mengatakan belanja juga cukup baik, di mana akselerasi sebesar 8,8 persen tahun ini, lebih besar dibanding tahun lalu yang 5,6 persen. Dari secara keseluruhan posisi sampai 31 Agustus, primary balance atau keseimbangan primer surplus Rp 11,5 triliun.
"Tahun lalu, bulan Agustus primary balance defisit Rp 84 triliun. Jadi, minus Rp 84 menjadi, surplus Rp 11 triliun itu melonjak perbaikannya jauh lebih sangat nyata," ujar Sri Mulyani.
Defisit total APBN, kata Sri Mulyani, sampai Agustus Rp 150 triliun. Menurut Sri Mulyani pada tahun lalu posisi Agustus, APBN, sudah mengalami defsisit Rp 220 triliun.
"Jadi ini perbaikan dari sisi postur APBN. Kami tetap menjaga fiskal tetap hati-hati, karena dalam situasi yang tidak pasti ini lah, kita butuh APBN untuk menjaga ekonomi baik stabilitasi, maupun menjaga alokasi dan distribusi. Sehingga dia tetap dinamis bisa digunakan dalam mengelola ekonomi yang mengalami perubahan sangat besar," ujar Sri Mulyani.