TEMPO.CO, Jakarta - Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi, 10 September 2018, bergerak melemah 15 poin menjadi Rp 14.843 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.828 per dolar AS.
Baca juga: Ditanya Solusi Melemahnya Rupiah, Sandiaga Uno: Akan Kami Bahas
"Dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah didorong membaiknya data ekonomi Amerika Serikat," kata Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail di Jakarta, Senin.
Ia mengemukakan data tenaga kerja di Amerika Serikat untuk rata-rata upah per jam mengalami kenaikan menjadi 2,9 persen (year on year/yoy) di atas ekspektasi sebesar 2,7 persen. Selain itu tingkat pengangguran juga stabil di level 3,9 persen pada Agustus.
"Penguatan data tenaga kerja di AS itu semakin memperkuat ekspektasi investor bahwa The Fed akan menaikkan tingkat suku bunga pada September," katanya.
Selain kenaikan tingkat suku bunga, lanjut dia, pernyataan Presiden AS Donald Trump untuk siap menaikkan tarif terhadap impor barang dari Cina senilai 200 miliar dolar AS turut memperkuat dolar AS sebagai aset "safe haven".
"Penguatan dolar AS itu memperlemah mata uang negara berkembang di pembukaan perdagangan awal pekan ini (Senin, 10/9)," katanya terkait nilai tukar rupiah terhadap dolar.