TEMPO.CO, Jakarta - Pasangan bakal calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno menyatakan fundamental ekonomi Indonesia saat ini cukup lemah akibat neraca perdagangan dan transaksi berjalan yang terus mengalami defisit. Saat ditanya apa jalan keluarnya, Sandi berjanji akan menyampaikannya segera.
Baca juga: Cerita Rp 100 Ribu Bawang dan Cabai Sandiaga Uno Ternyata Serius
"Nanti kami sampaikan setelah pertemuan dan diskusi dengan tentunya tokoh-tokoh dari partai-partai koalisi lain yang bergabung. Kami ingin selaraskan dan kami pastikan mereka inline, punya pemandangan yang sama," katanya saat ditemui setelah menghadiri acara Agrinex ke-12 di Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat, Minggu, 9 September 2018.
Soal fundamental ekonomi Indonesia merupakan satu dari sekian banyak poin sikap pasangan Prabowo-Sandiaga terkait dengan kondisi ekonomi nasional dan pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi saat ini. Sikap itu disampaikan pada Jumat sore, 7 September 2018, juga setelah bertemu dengan sejumlah petinggi partai politik koalisi pendukung.
Persoalan defisit transaksi berjalan ini dianggap menjadi salah satu biang kerok melemahnya nilai tukar rupiah hingga Rp 14.800-14.900 per dolar Amerika Serikat. Berdasarkan data Bank Indonesia, defisit transaksi berjalan pada triwulan kedua 2018 tercatat US$ 8 miliar atau 3,04 persen dari produk domestik bruto (PDB). Angka ini lebih tinggi dibanding defisit triwulan sebelumnya sebesar US$ 5,7 miliar atau 2,21 persen dari PDB.
Kendati pada triwulan kedua defisit transaksi berjalan sudah mencapai batas maksimal yang dianggap aman, yaitu 3 persen, jika dihitung per semester pertama 2018, defisit transaksi berjalan baru mencapai 2,6 persen dari PDB.
"Target saya sudah saya berikan kepada menteri-menteri agar dalam satu tahun ini betul-betul ada perubahan di penyelesaian defisit transaksi berjalan," ujar Presiden Joko Widodo atau Jokowi setelah melepas ekspor Toyota 1.879 unit CBU di Tanjung Priok Car Terminal, Rabu, 5 September 2018.
Sandiaga tak ingin Indonesia terombang-ambing dalam masalah ekonomi, lantas menyalahkan kondisi eksternal. Sebelum ini, pemerintah Jokowi memang berulang kali menyinggung kondisi eksternal, seperti perang dagang Amerika dan Cina hingga krisis Turki dan Argentina, sebagai salah penyebab melemahnya rupiah.
Namun Sandi menyebut ada faktor internal yang menyebabkan pelemahan rupiah, dan itulah yang harus segera dibenahi. "Kami punya cara untuk memperbaiki ini, to fix it. Jadi itu yang akan kami lakukan dalam beberapa hari ke depan," ucap Sandiaga Uno.