TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia membidik ekspor mobil listrik dan hybrid ke Australia pasca rampungnya perundingan perdagangan komprehensif (Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement/IA-CEPA) antara dua negara beberapa waktu lalu.
Baca juga: Menhub Uji Emisi Euro 4 Tingkatkan Ekspor Mobil
"Dengan CEPA ini kami harap ekspor bisa meningkat, kita bisa masuk dari sektor otomotif, bukan hanya mobil konvensional, tetapi juga listrik dan hybrid," ujar Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Imam Pambagyo di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat, 7 September 2018.
Imam berkaca pada pesatnya perkembangan pasar otomotif Thailand serampungnya negosiasi Negeri Gajah tersebut dan Australia. "Kami belum punya angka targetnya, tapi kita bisa masuk ke sektor tersebut," kata Imam.
Salah satu hasil perundingan dua negara itu, antara lain adalah Australia mengeliminasi semua pos tarifnya, yakni 6.474 pos tarif, menjadi nol persen pada saat implementasi.
Selain itu, pemerintah Australia bakal memberikan kemudahan ekspor mobil hybrid dan listrik berupa ketentuan asal barang berupa change in tariff heading (CTH), qualifying value content (QVC) 35 persen atau built in Indonesia from a Complete Knock Down kit untuk mobil listrik dan hybrid.
Dengan masuknya produk otomotif tanah air ke Australia, Imam berharap produk tersebut juga bisa diterima negara commonwealth dan pasar dunia lainnya. "Australia bukan satu-satunya target tapi bagaimana kita bisa masuk ke pasar dunia."
Ke depannya, ekspor otomotif diharapkan bisa memperkecil defisit perdagangan antara Indonesia dan Australia. Adapun berdasarkan data Kementerian Perdagangan, defisit neraca perdagangan tersebut pada Januari-Mei 2018 mencapai US$ 757,9 juta.
"Tapi saya rasa tidak perlu khawatir soal neraca, negosiasi ini tidak hanya soal barang dan jasa yang bisa diekspor ke Australia," ujar Imam.
Direktur Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan Ni Made Ayu Marthini berujar hasil perundingan soal ekspor mobil listrik dan hybrid tersebut membuat produk otomotif asal Indonesia bisa lebih murah ketimbang produk negara lain. "Potensinya bagus dan bisa jadi andalan ekspor," ucap Made.