TEMPO.CO, Jakarta - Devisa hasil ekspor yang dikonversikan ke rupiah saat ini baru mencapai kurang lebih 13,7 persen. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan devisa hasil ekspor (DHE) saat ini ada US$ 34,7 miliar.
Baca juga: Rupiah Melemah, Rini Soemarno Siapkan Sejumlah Langkah
Dari jumlah tersebut US$ 32,1 miliar atau 92,4 persen masuk ke perbankan dalam negeri. Sedangkan, kata Perry aliran DHE ke bank luar negeri ada US$ 2,6 miliar atau 7,6 persen dari total DHE.
"Ini data statistik kami. Dari US$ 32,1 miliar ini yang dikonversikan ke rupiah adalah US$ 4,4 miliar atau kurang lebih 13,7 persen," ujar Perry di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Jakarta, Rabu, 5 September 2018.
Perry mengatakan DHE yang dikonversi ke rupiaah tersebut masih lebih kecil dari DHE pada 2017 yang sebesar 15,5 persen. Namun jumlah 13,7 persen tersebut baru pada triwulan II 2018.
"Sehingga pemikiran bagaimana membuat mekanisme agar DHE yang masuk ke perbankan dalam negeri kemudian bisa dikonversi ke rupiah seperti apa. Ada mekanisme-mekanisme yang best solusinya berdasarkan pasar," kata Perry.
Perry mengatakan ada beberapa hal yang bisa dipikirkan untuk mendorong DHE dikonversi ke rupiah. Antara lain kebijakan swap dari BI. Perry mengatakan telah berbicara dengan pengusaha supaya ini DHE lebih mengalir ke dalam negeri. Salah satunya dengan menyediakan swap dengan biaya yang murah atau 5 persen untuk setahun.
"Kemudian, kami juga ingat kalau pajak eksportir bawa masuk devisanya, pajaknya bisa lebih murah. Apalagi kalo dikonversi ke rupiah murah lagi," ujar Perry.
Perry mengatakan nanti BI bisa melihat lagi peluang pilihan yang lebih murah. Menurut Perry pelaksanaan melihat dari yang ada di lapangan. Menurutnya bisa juga dengan virtual account hingga BI tracking.