TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika menyatakan pemerintah berencana menghentikan impor mobil mewah complete built-up utility (CBU) di atas 3.000 cc. Hal ini dilakukan akibat rupiah melemah hingga menyentuh 15.000 per dolar AS.
Baca: Jokowi Kembali Panggil Menteri Ekonomi Bahas Pelemahan Rupiah
Namun, menurut Putu, kebijakan tersebut tak berlaku untuk konsumen yang sudah terlanjur memesan mobil mewah tersebut. Konsumen yang telanjur memesan kendaraan mewah dengan sistem inden, akan ditinjau kembali.
"Kemarin memang kami coba lihat dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB)-nya bahwa barang tersebut sudah ada. Sekarang baru kami imbau agar sampaikan surat itu saja," kata Putu di Jakarta, Rabu, 5 September 2018.
Menurut Putu, apabila kendaraan yang dibeli itu sudah ada di Indonesia, Kemenperin akan mempertimbangkannya agar tetap dimiliki oleh konsumen. "Kita lihat saja, kami pertimbangkan karena perlu persetujuan pimpinan. Pimpinan itu Dirjen dan Menteri Perindustrian," kata Putu.
Di tengah kurs rupiah terhadap dolar AS yang terus melemah, pemerintah mengkhawatirkan pembelanjaan menggunakan dolar untuk mobil mewah. Sehingga akan mempengaruhi kondisi perekonomian nasional.
"Kami mengkhawatirkan buyer berbelanja menggunakan dolar karena impor kan pakai dolar, ini semua dibayar dari luar negeri dengan dolar, concernnya itu, karena ini sangat sensitif," ungkapnya.
Putu menyampaikan, sebelum memutuskan kebijakan tersebut, Kemenperin telah berkomunikasi dan berkoordinasi dengan Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) di Indonesia. "Kemarin yang datang kepada saya, saya sampaikan importir dalam kondisi ekonomi ini dia juga sulit untuk menjual,," ungkap Putu.
Putu belum bisa memastikan sampai kapan penghentian impor mobil mewah diberlakukan. Pemerintah akan mempertimbangkannya dengan melihat kondisi perekonomian nasional. "Belum tahu sampai kapan, kami melihat kondisi perekonomian di dalam negeri," ujarnya.
Sehari sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta masyarakat tak membeli barang-barang mewah impor seperti tas Hermes hingga mobil mewah seperti Ferrari. JK meminta masyarakat ikut berhemat untuk mengurangi defisit neraca perdagangan agar kurs rupiah bisa kembali stabil.
JK menyebutkan cara mengurangi defisit di antaranya bisa dilakukan dengan meningkatkan ekspor dan mengurangi impor yang tidak perlu. "Tak usah Ferrari, Lamborghini masuk dalam negeri. Tak usah mobil-mobil besar yang mewah-mewah, tak usah parfum mahal atau tas Hermes," katanya di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa, 4 September 2018.
Baca: Rupiah Jeblok, Jokowi: Karena Faktor Eksternal Bertubi-tubi
Di tengah perekonomian yang sedang sulit ini, menurut JK, masyarakat sebaiknya tidak perlu membeli barang-barang mewah apalagi yang harus diimpor. Seiring dengan itu, pemerintah juga terus mendorong agar nilai ekspor bisa surplus.
ANTARA | FRISKY RIANA