TEMPO.CO, Jakarta - Menanggapi tren rupiah melemah belakangan ini, pengamat ekonomi Shanti Ramchand Shamdasani menilai pemerintah perlu menunda pembangunan proyek-proyek infrastruktur yang masih dalam daftar perencanaan (pipeline). Dengan begitu, menurut dia, dana untuk membangun infrastruktur bisa digunakan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
Baca: Prabowo - Sandiaga Gelar Rapat Bahas Rupiah Melemah
"Saya usulkan, proyek-proyek yang tadinya sudah pipeline, belum dilaksanakan dan masih bisa diberhentikan, dihentikan dulu. Uangnya digunakan untuk mengamankan rupiah," kata Shanti saat jumpa pers di Jakarta, Rabu, 5 September 2018.
Menurut Shanti, yang juga pakar perdagangan internasional itu, pembangunan infrastruktur yang digenjot oleh pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla selama empat tahun terakhir, memang akan sangat bermanfaat pada masa mendatang terutama dalam menghadapi era ekonomi digital.
Meski begitu, kata Shanti, pembangunan proyek-proyek infrastruktur tersebut harus diakui juga membuat ekonomi Indonesia mengalami overheating. Yang dimaksud overheating adalah kondisi di mana kapasitas ekonomi tidak mampu lagi mengimbangi pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat.
Infrastruktur yang dibangun kali ini akan berguna untuk masa depan, menurut Shanti, tapi sangat cepat. Sehingga ia menilai pemerintahan Jokowi juga harus slow down. "Reserved cash yang ada di BI kita pakai dulu untuk talangi dolar. Misalnya proyek PLN yang katanya mau dibatalkan atau ditunda dulu, itu saya rasa sangat bijaksana," ucapnya.
Nilai tukar rupiah terus mengalami pelemahan. Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi melemah sebesar 25 poin menjadi Rp 14.920 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 14.895 per dolar AS.
Baca: Rupiah Melemah, BEI: Pasar Modal Masih Bagus
Maraknya sentimen negatif di pasar di antaranya mengenai perang dagang serta harga minyak mentah yang meningkat membuat mata uang negara berkembang, termasuk rupiah melemah. Sentimen negatif diprediksi akan bertambah bagi pasar negara berkembang apabila The Fed tidak memperlambat laju pengetatan kebijakan moneternya.
ANTARA