TEMPO.CO, Jakarta - Afrika Selatan dikabarkan telah jatuh dalam resesi ekonomi setelah pertumbuhan ekonominya atau produk domestik bruto (PDB) berada di angka -0,7 persen pada kuartal kedua 2018. Lembaga statistik milik pemerintah Afrika Selatan, atau Stats SA, resesi ekonomi terjadi setelah pada kuartal pertama 2018 pertumbuhan ekonomi Afrika Selatan juga tercatat - 2,6 persen.
Baca: Resesi Amerika Setelah Ekspansi 73 Bulan
"Stats SA mengatakan pada Selasa, 4 September 2018, bahwa ekonomi menyusut 0,7 persen pada kuartal kedua 2018 setelah kontraksi 2,6 persen pada kuartal pertama," seperti dilansir AP News, Rabu, 5 September 2018.
Krisis ekonomi yang terjadi di Afrika Selatan ini menambah panjang daftar negara emerging market yang juga mengalami krisis ekonomi setelah Turki, Venezuela dan juga Argentina pada bulan lalu. Adapun resesi secara luas merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan terjadinya dua atau lebih kontraksi (penurunan ekonomi) secara triwulanan berturut-turut.
Merujuk data Stats SA, pertumbuhan ekonomi Afrika Selatan pada kuartal kedua yang terus memburuk disumbangkan oleh sektor agrikultur, transportasi dan perdagangan. Tercatat, di sektor agrikultur pertumbuhan menurun sebanyak 29,2 persen, sektor transportasi menurun 4,9 persen dan perdagangan menurun sebanyak 1,9 persen. Adapun sektor yang berkontribusi positif hanya industri pertambangan, konstruksi, real estate dan juga keuangan.
Ekonomi Afrika Selatan merupakan salah satu yang terbesar di wilayah Afrika sebelumnya telah menghadapi banyak tantangan di beberapa bidang. Sebelumnya, mata uang Afrika Selatan atau Rand, mulai kehilangan nilai setelah terimbas krisis yang muncul di Turki dan Argentina.
Baca: Resesi Global Bisa Mengalami Percepatan
Afrika Selatan kini juga tengah berencana melakukan redistribusi tanah untuk mengatasi ketidaksetaraan rasial. Kondisi ini dikabarkan juga turut menambah kekhawatiran para investor akan resesi di sana. "Kini Presiden Cyril Ramaphosa juga sedang berusaha untuk membasmi korupsi dan manajemen berbiaya mahal yang berkembang di bawah presiden sebelumnya Jacob Zuma," katanya.