TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance atau Indef Bhima Yudhistira Adhinegara menuturkan angka indeks harga konsumen yang terjadi pada Agustus 2018 cukup anomali. Sebab, ada bulan ini tercatat terjadi deflasi di sektor makan dan transportasi.
BACA: Deflasi, Bappenas Sebut Karena Permintaan Bahan Pokok Tak Banyak
"Kondisi ini mencerminkan bahwa imported inflation akibat pelemahan kurs rupiah belum dirasakan karena pedagang masih menahan harga jualnya," ujar Bhima kepada Tempo, Selasa, 4 September 2018.
Bhima melihat para pedagang khawatir omsetnya menurun jika harga jual baru diterapkan. Pasalnya, konsumsi rumah tangga masih rendah di kisaran 4,9 persen. Padahal, dari sisi biaya impor dan logistik mengalami kenaikan.
BACA: Agustus Catat Deflasi 0,05 Persen, Begini Respons Sri Mulyani
Analisis lainnya, kata Bhima, berkaitan dengan penjual yang masih menggunakan stok barang beberapa bulan yang lalu ketika nilai tukar rupiah belum menembus Rp 14.700. Ia memprediksi tekanan inflasi akan timbul setelah stok barang habis.
"Proyeksinya pada September, Oktober sampai Desember akan terjadi kenaikan inflasi," ujar Bhima.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede berpendapat meskipun dampak pelemahan nilai tukar rupiah belum mendorong kenaikan inflasi inti secara signifikan, pemerintah dan Bank Indonesia perlu mengelola stabilitas nilai tukar. "Sehingga dapat menjaga ekspektasi inflasi dalam jangka pendek ini."
Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat pada Agustus 2018 terjadi deflasi sebesar 0,05 persen. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan angka deflasi ini menyebabkan tahun kalender atau year to date tercatat 2,13 persen, sementara inflasi dari tahun ke tahun atau year on year 3,20 persen.
"Tentu hasil ini menggembirakan, karena berada di bawah target sebesar 3,5 persen," kata Suhariyanto saat mengelar rilis data di Kantor BPS, Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Tingkat inflasi ini cenderung lebih baik jika dibandingkan dengan inflasi Juli 2018 yang mencapai 0,28 persen. Tetapi lebih tinggi dibandingkan deflasi yang terjadi pada Juli 2017 yang mencapai 0,07 persen. Sementara secara year on year inflasi ini lebih baik dibandingkan pada Agustus 2017 yang mencapai 3,82 persen.
"Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga beberapa indeks kelompok pengeluaran yaitu bahan makanan sebesar 1,10 persen, kelompok sandang sebesar 0,07 persen dan transport, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,15 persen," kata Suhariyanto.
CAESAR AKBAR