TEMPO.CO, Bojonegoro -Permintaan ekspor kerajinan akar pohon jati atau kerap disebut gembol, tetap bertahan dan masih tinggi meski harga rupiah atas dolar Amerika melemah. Pasaran untuk produk gembol jati ke negara-negara di Eropa dan Asia tetap menjanjikan.
BACA: Presiden Turki Ajak Warga Kurangi Ketergantungan pada Dolar AS
Kerajinan gembol dibuat untuk pelbagai macam ragam. Mulai dari meja-kursi, almari dan juga produk perabotan rumah tangga lainnya. Akar jati juga dibuat untuk souvenir, juga pot bunga, tempat payung, dan sebagainya. Orang tertarik ke gembol jati karena rata-rata kayu yang dibuat berusia tua. Rata-rata dari bahan baku kayu jati yang berumur minimal 50 tahun ke atas.
Di Bojonegoro kerajinan gembol jati menyebar di beberapa desa di tiga kecamatan. Seperti di Desa Geneng, Meduri, Sumberjo Kecamatan Margomulyo. Kemudian di Kecamatan Ngraho serta di Desa Batokan Kecamatan Kasiman, Bojonegoro. Ada sekitar 400 perajin gembol jati yang terikat dalam wadah bernama Paguyuban Limbah Akar Jati Bojonegoro.
BACA: Rupiah Bisa Menyentuh Rp 14.900 per Dolar AS Hari Ini
Menurut Kepala Desa Geneng, Suharto, pasaran ekspor untuk gembol jati, masih tetap tinggi. Sempat menurun beberapa hari, tetapi kini permintaan untuk ekspor kembali seperti semula. Yaitu rata-rata satu bulan mengirim tiga container untuk dikirim ke sejumlah Negara di Eropa dan Asia. Seperti Negara Belanda juga Jepang, Malaysia, Australia dan Malaysia. “Tetap tinggi untuk ekspor,” ujarnya pada Tempo Selasa 4 September 2018.
Rata-rata lanjut Suharto, untuk satu container beragam nilainya. Mulai dari Rp 1 miliar hingga R 1,5 miliar. Para perajin gambol bekerjasama dengan ekportir dari Surabaya, Jakarta, Semarang dan Bali. Pengiriman rata-rata dilakukan tiga kali dalam satu bulan, termasuk saat harga rupiah atas dollar Amerika melemah.
Kepala Dinas Perdagangan Bojonegoro Agus Hariyana mengatakan, ekspor kerajinan kayu jati tidak terlalu berdampak, saat rupiah atas dollar Amerika melemah. Penyebabnya, eksportir yang masuk di Bojonegoro ini, lewat orang kedua dan tidak langsung.
Karena, baik perajin kayu jati maupun eksportirnya, sudah saling mengerti. Artinya, jika rupiah melemah dan berdampak pada ongkos produksinya, secara otomatis, harganya dinaikkan.”Jadi, mereka sudah saling mengerti,” tegasnya pada Tempo, Senin 3 September 2018. Dia menambahkan, hingga bulan Agustus 2018 ini, ekspor kerajinan kayu di Bojonegoro angkanya sudah mencapai Rp 70 miliar.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto memperkirakan rupiah melemah hari ini. William memprediksi rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.780 - 14.900 per dolar Amerika Serikat."Kaget juga semakin dibuat peraturan malah semakin melemah," kata William saat dihubungi Hendartyo Hanggi dari Tempo Jakarta, Selasa, 4 September 2018.