TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan Bank Indonesia (BI) tidak akan membiarkan rupiah terus melemah. Bhima memperkirakan BI akan melakukan intervensi di pasar valas dan surat berharga negara (SBN) lebih besar untuk mengendalikan supply valas.
Baca juga: Rupiah Bisa Menyentuh Rp 14.900 per Dolar AS Hari Ini
"Kisaran Rp 3,5 - 5 triliun. BI tidak akan membiarkan rupiah terus melemah diambang batas 15.000 level psikologis yang bahaya buat keuangan perusahaan," kata Bhima saat dihubungi, Selasa, 4 September 2018.
Bhima mengatakan hasil pertemuan antara Presiden Joko Widodo dengan BI dan Kemenkeu kemarin, mengisyaratkan akan menindak tegas spekulan yang memanfaatkan pelemahan rupiah. Menurut Bhima, jasa keuangan yang terindikasi bermain spekulasi dolar akan diberi sanksi.
"Ini merupakan langkah yang cukup baik untuk menenangkan pasar," kata Bhima.
Bhima memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak di level konsolidasi Rp 14.750 - Rp 14.830 per dolar Amerika Serikat.
Menurut Bhima, faktor positif yang berpotensi menguatkan rupiah, yaitu inflasi yang cukup terjaga, meskipun secara year on year inflasi volatile foodnya mencapai 4,97 persen, karena terpapar imported inflation.
Pada 31 Agustus 2018, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Nanang Hendarsah mengatakan BI telah mengintervensi pasar surat berharga negara (SBN) Rp 3 triliun. Hal tersebut bertujuan untuk menahan pelemahan lanjutan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
"(BI) Kami sejak pasar buka melakukan intervensi di pasar valas dan pasar SBN. Hingga siang ini sebesar Rp 3 triliun," kata Nanang menjelaskan kebijakan BI meredam laju pelemahan rupiah.